SOLOPOS.COM - Sejumlah penari mengiringi pembukaanJogja Fashion Week (JFW) 2013 di Jogja Expo Center (JEC), Bantul, Rabu (3/7). JFW merupakan ajang promosi bagi produk fesyen khususnya Jogja menuju pasar Global. Kegiatan tersebut berlangsung 3-7 Juli 2013.

Jogja Fashion Week merupakan pintu gerbang fesyen di Indonesia sebagai sarana media promosipara desainer dan komunitas fesyen di Tanah Air. Tahun ini, ada desainer asal Jerman yang siap meramaikan JFW 2015

Harianjogja.com, JOGJA –Sedikitnya 75 perancang busana atau desainer bakal meramaikan gelaran Jogja Fashion Week(JFW) 2015 yang dihelat pada 26-30 Agustus di Jogja Expo Center (JEC).

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Ketua Panitia JFW 2015, Afif Syukur mengatakan, event JFW merupakan pintu gerbang fesyen di Indonesia sebagai sarana media promosipara desainer dan komunitas fesyen di Tanah Air. Adapun tahun ini, JFW mengusung tema swarna archipelago yang bermakna memresentasikan tren fesyen budaya nusantara agar dapat diterima di pasar global.

“Event JFW digelar setiap tahun. Tahun ini, ada desainer asal Jerman yang siap meraimakan JFW 2015. Kami memberi kuota sekitar 75 desainer namun tak menutup kemungkinan jumlahnya bakal bertambah,” katanya, Sabtu (21/2/2015).

Berbeda dengan event serupa pada tahun sebelumnya, kali ini mini stage akan dibangun di dalam area pameran. Mini stage itu digunakan untuk mempromosikan atau memperkenalkan produk fesyen kepada masyarakat konsumen.

“Beberapa panggung akan didirikan di area pameran. Konsep ini merupakan kali pertama dilakukan selama gelaran JFW,” ujar dia.

Selain pameran, kegiatan lain JFW 2015 yakni fashion show, seminar, lomba fesyen dan karnaval. Fashion show akan melibatkan sejumlah desainer yang memperlihatkan karya-karya fesyennya masing-masing. Sementara seminar akan diisi dengan menggelar talkshow bertema estetika hijab modern. Acara seminar dipandu langsung desainer kondang, Ivan Gunawan. Sasaran lomba fesyen yakni para pelajar SMA sederajat dan sekolah mode. Para peserta diwajibkan memakai batik sebagai budaya khas Indonesia.

“Filosofi batik tetap diusung dalam kegiatan karnaval JFW 2015. Ada 30 kelompok yang akan berpartisipasi. Setiap kelompok terdiri dari 25 orang,” tutur dia.

Ketua Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) Jogja, Lia Mustafa mengungkapkan, event JFW dapat membangkitkan motivasi dan memacu kreativitas bagi para desainer muda di Jogja. Dampak positif lain, event JFW mampu menarik para wisatawan baik lokal maupun mancanegara untuk mengunjungi Kota Gudeg. Dengan kata lain, JFW dapat meningkatkan tingkat perekonomian Kota Jogja dan mampu menghasilkan karya yang berciri khas budaya nusantara.

“JFW mampu mendorong industri fesyen di Jogja baik skala home industri hingga perusahaan fesyen,” papar dia.

Pada kesempatan tersebut juga digelar peragaan busana karya beberapa desainer lokal. Mayoritas busana
yang diperagakan mengambil motif batik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya