Jogja
Jumat, 17 Maret 2017 - 16:55 WIB

JOGJA ISTIMEWA : Promosi "Branding" Jogja Perlu Satu Komando

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Analisis Data pada Deputi Pengembangan Pasar Pariwisata Nusantara Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sutarjo (kiri) dan Kepala Bappeda DIY Tavip Agus Rayanto (tengah) dalam acara Sosialisasi Produk Pesona Indonesia di Hotel Fave Kotabaru, Kamis (16/3/2017). (Ujang Hasanudin/JIBI/Harian Jogja)

Jogja Istimewa sebagai branding pariwisata dianggap perlu promosi serentak

 
Harianjogja.com, JOGJA–Promosi branding Jogja selama ini belum dilakukan secara serentak oleh semua pihak sehingga tagline Jogja Istimewa kurang tersosialisasi kepada masyarakat luas bahkan luar negeri.

Advertisement

Hal itu diakui oleh Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) DIY Tavip Agus Rayanto dalam acara Sosialisasi Branding Pesona Indonesia di Hotel Fave, Kotabaru, Kamis (16/3/2017).

Acara yang digelar oleh Kementrian Pariwisata itu memperkenalkan branding nasional dan memadukan dengan branding yang sudah ada di daerah masing-masing.  Ada 100 peserta perwakilan dari pelaku industri, jasa travel, hotel, pesawat, akademisi, dan perwakilan Dinas Pariwisata dari kabupaten dan kota.

Acara ini dibuka langsung oleh Pelaksana Tugas Kepala Analisis Data Pasar Pariwisata Nusantara Kementrian Pariwisata, Sutarjo.

Advertisement

Tavip mengatakan butuh kesamaan visi semua pihak untuk mengenalkan branding Jogja. Saat ini pihaknya juga tengah menyusun buku panduan promosi. Namun panduan tersebut tanpa menghilangkan branding yang ada di kabupaten kota.

“Misalnya di Gunungkidul sudah ada ciri khas hijau maka branding Jogja Istimewa ada nuansa hijaunya,” kata Tavip.

Menurut Tavip tidak hanya di masyarakat, bahkan di semua satuan kerja perangkat daerah (SKPD) Pemda DIY pun belum ada kesepahaman satu kata dalam branding Jogja.

Advertisement

Dalam penyusunan naskah, kata dia, seharusnya ada tagline Jogja Istimewa, selain produk hukum yang berlogo garuda. Di perkantoran, bahkan sampai kain taplak meja pun seharusnya sudah ada unsur Jogja Istimwa.

Setelah dari unsur pemerintah, internalisasi ke masyarakat, sekolah, dan berbagai komunitas. Hal serupa juga perlu diterapkan ke semua pelaku usaha. Jadi ketika mengenalkan branding hotel misalnya ada branding Jogja Istimewa yang masuk.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif