Jogja
Senin, 8 Juni 2015 - 13:20 WIB

JOGJA ISTIMEWA : Tiap Daerah Punya Penafsiran Berbeda

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - DUKUNGAN -- Mural bertema dukungan atas status istimewa DIY terlihat di salah satu sudut jalan di Kota Jogja beberapa waktu lalu. (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Jogja istimewa, tiap daerah punya penafsiran berbeda soal Jogja Istimewa dan Jogja Gumregah.

Harianjogja.com, JOGJA-Jogja Gumregah juga belum sepenuhnya dipahami oleh pemerintah
kabupaten. Tak ada penafsiran seragam di tiap daerah.

Advertisement

Belum Ada Arahan Detil di Bantul
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul mengaku belum mendapatkan penjabaran apapun terkait implementasi Jogja Gumregah.

Kepala Bappeda Bantul Tri Saktiana mengatakan sejauh ini pihaknya hanya menerjemahkan Jogja Gumregah sebagai spirit kebangkitan Jogja. Pemkab Bantul menerjemahkan Jogja Gumregah dalam bentuk pengembalian jati diri DIY ke arah yang sebenarnya. Simbol Jogja Gumregah yang diterimanya dari Pemerintah DIY diterjemahkan sebagai bentuk keseteraaan masyarakat.

Advertisement

Kepala Bappeda Bantul Tri Saktiana mengatakan sejauh ini pihaknya hanya menerjemahkan Jogja Gumregah sebagai spirit kebangkitan Jogja. Pemkab Bantul menerjemahkan Jogja Gumregah dalam bentuk pengembalian jati diri DIY ke arah yang sebenarnya. Simbol Jogja Gumregah yang diterimanya dari Pemerintah DIY diterjemahkan sebagai bentuk keseteraaan masyarakat.

“Tak ada program khusus untuk Jogja Gumregah. Saya rasa semua program kami mengambil spirit dari sana [Jogja Gumregah],” kata dia, Kamis (4/6/2015).

Bupati Bantul Sri Suryawidati justru mengaku tak tahu menahu mengenai program tersebut. Pemerintah DIY memang pernah memberikan sedikit gambaran mengenai logo baru itu.

Advertisement

Kulonprogo Istimewa untuk Penyelenggaraan Pemda
Di Kulonprogo, semangat Jogja Istimewa dimaknai melalui pembatasan pemasangan papan reklame di
ruang publik. Bupati Kulonprogo Hasto Wardoyo menyatakan sejumlah reklame berupa baliho di beberapa titik sudah dicopot karena dinilai menggangu keindahan dan tidak sesuai aturan. Menurutnya upaya penataan reklame sebenarnya sudah dilakukan sebelum Jogja Istimewa digaungkan.

Hasto mengaku tidak membuat kebijakan khusus untuk mengimplementasikan semangat Jogja Gumregah. Namun, dia mencoba menyeleraskannya dengan visi Kulonprogo sebagai kabupaten yang sehat, mandiri, dan berprestasi.

“Kami dituntut serba istimewa dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Salah satunya kami wujudkan dengan mempertahankan predikat [keuangan] WTP [wajar tanpa pengecualian],” ucap Hasto, kamis (4/6/2015).

Advertisement

Sleman Terjemahkan Dalam Pelayanan Keseharian
Sementara itu, Bupati Sleman, Sri Purnomo, mengatakan penjabaran branding baru Jogja Istimewa secara langsung diterjemahkan dalam kegiatan sehari-hari. Salah satu titik beratnya pada bidang kepegawaian.

“Pegawai Sleman istimewa. Dari segi pengelolaan keuangan, Sleman WTP dan terbaik di DIY,” ujar dia, Kamis (4/6/2015).

Terkait dengan penataan reklame, lalu lintas, iklan luar ruang yang sempat disinggung Sri Sultan HB X saat peluncuran Jogja Istimewa, Sri menyatakan semua bidang akan ditata.

Advertisement

“Semua hajat hidup di Sleman harus istimewa,” ujar dia.

Kepala Bidang Statistik Penelitian dan Perencanan Bappeda Sleman, Erni Mariatun, mengatakan sebelum branding Jogja Istimewa diluncurkan, Bappeda bersama Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan (DPUP), Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda), Dinas Komunikasi dan Informasi (Diskominfo) termasuk Sekretariat Daerah (Setda), diundang Pemerintah DIY untuk mengikuti penjelasan terkait dengan Jogja Istimewa.

Dia menyimpulkan gereget Jogja Istimewa dimunculkan dalam dua hal besar, yakni karakter dan peningkatan kerukunan melalui budaya lokal. Karakter meliputi karakter pegawai dalam pelayanan publik. Program turunannya berupa program optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi, peningkatan profesionalisme tenaga pemeriksa dan aparatur pengawasan, peningkatan pelayanan kedinasan kepala daerah atau wakil kepala daerah, pembinaan dan fasilitasi pengelolaan keuangan desa, peningkatan kapasitas aparatur pemerintah desa, dan masih banyak lagi.

Peningkatan kerukunan melalui budaya lokal adalah menghidupkan kembali potensi di setiap daerah agar menciptakan kerukunan di masyarakat.

“Semangat Jogja Istimewa ini lalu kami jabarkan dalam RKPD [Rencana Kerja Pembangunan Daerah] 2016 mendatang,” tuturnya.

Gunungkidul Revitalisasi Logo
Sementara itu, Gunungkidul menjabarkan Jogja Gumregah melalui revitalisasi logo Gunungkidul Handayani. Logo yang diluncurkan pada 26 Mei 2015 itu merupakan hasil sayembara yang dimenangi warga Kotagede, Kota Jogja. Logo anyar itu sudah terpasang di sejumlah bangunan perkantoran, pemerintahan, lokasi usaha masyarakat, hingga tanda air dalam foto-foto objek wisata Gunungkidul di
sejumlah media sosial dan Internet.

Sekretaris Bappeda Gunungkidul, Sri Suhartanta, menjelaskan Gunungkidul Handayani memasuki masa sosialisasi. Seperti di Sleman, penjabaran Jogja Gumregah juga tertuang dalam RKPD 2016. Pemkab Gunungkidul memprioritaskan pengembangan pariwisata. Bentuk program antara lain, pengembangan dan penguatan desa wisata, serta membuka beberapa objek wisata baru.

Kepala Bidang Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Gunungkidul, Eli Martono, menjelaskan Jogja Istimewa dan Gunungkidul Handayani digunakan dalam promosi wisata di kabupaten tersebut.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif