SOLOPOS.COM - Foto Ilustrasi Kota Jogja (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Harianjogja.com, JOGJA – Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta menggandeng pakar pemasaran ternama Hermawan Kertajaya untuk melakukan re-branding terhadap logo daerah setempat. Hanya sebelum diluncurkan secara resmi pada November mendatang, branding itu sudah dikritisi.

Sejumlah krtitikan itu mencuat dalam acara Urun Rembug Logo Baru Jogja di Atrium Ambarrukmo Plaza, Selasa (28/10/2014). Logo baru itu direncanakan akan diluncurkan pada November 2014.

Promosi Selamat Datang Kesatria Bengawan Solo, Kembalikan Kedigdayaan Bhineka Solo

Hadir dalam acara itu Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, pakar marketing Hermawan Kertajaya, para pejabat daerah, akademisi, seniman, dan budayawan.

Namun demikian kegiatan rebranding daerah dengan mengganti logo lama Jogja Never Ending Asia dengan logo baru mendapatkan sejumlah pertanyaan dari kalangan budayawan.

Ketua Dewan Kebudayaan DIY Djoko Dwiyanto terutama mempertanyakan alasan di balik penggantian logo tersebut.
“Kalau saya melihatnya lebih dalam, rebranding ini alasan utamanya apa? Apakah karena atas dasar evaluasi terhadap branding selama ini atau hanya berbasis tren?” ujarnya di sela-sela acara.

Dia memahami apabila alasan di balik rebranding logo daerah tersebut sebagai evaluasi atas brand yang selama ini digunakan DIY, yakni Jogja Never Ending Asia.

Pasalnya, ujarnya, brand tersebut selama ini seolah tidak terdengar gaungnya. “Karena Jogja Never Ending Asia itu tidak berpengaruh baik di dunia pariwisata maupun dalam hal mengundang investasi dari luar, tidak. Justru untuk itu [menarik investasi] lebih efektif menggunakan profil investasi yang dibawa oleh Gubernur daripada dengan branding.”

Lebih lanjut ia juga mempertanyakan tujuan branding tersebut terhadap DIY. Jika hanya untuk keperluan pemasaran atau untuk mempromosikan sektor pariwisata, ia mengaku tidak masalah asalkan dengan kajian yang tepat.

“Tapi kalau ingin mengenalkan Jogja secara utuh, dari sisi nama saja sebetulnya saya sudah tidak sepakat. Karena tidak ada literasi manapun yang memberikan indikator bahwa budayanya itu Jogja. Jogja itu adalah bunyi yang disebutkan orang-orang terhadap Yogya. Kalau sumber-sumber tertulis semuanya memakai huruf awalan Y. Apalagi kalau dilihat dari sisi makna yang berasal dari kata Ayodya,” terangnya.

Sementara itu, Hermawan mengatakan telah mempersiapkan logo baru tersebut melalui berbagai proses pembuatan termasuk pembicaraan mendalam dengan Sultan.

“Saya berusaha memahami visinya Sultan ke depan dan mencoba menuangkan itu dalam bentuk branding yang baru,” katanya.

Pihaknya telah mempersiapkan logo baru DIY dalam waktu enam bulan terakhir. “Ini [rebranding] permintaan dari Pemda DIY.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya