SOLOPOS.COM - ilustrasi

ilustrasi

Perjudian juga merambah pada perhelatan pemilihan kepala desa (Pilkades) di sejumlah tempat di DIY. Bahkan, nilai taruhannya bisa mencapai Rp500 juta hingga Rp1 miliar untuk satu putaran Pilkades.

Promosi Mimpi Prestasi Piala Asia, Lebih dari Gol Salto Widodo C Putra

Bahkan di sejumlah tempat, gara-gara kedatangan bandar besar yang ikut dalam permainan judi bisa mempengaruhi suara warga dalam memilih.

Suasana munculnya permainan judi semacam ini, salah satunya terlihat di Desa Sendangarum, Minggir, Sleman, yang tengah menghelat pemilihan kades. Salah satu penjudi asal Muntilan, Sumarno, bukan nama sebenarnya, mengaku sering ikut taruhan pemilihan kepala desa. Dia selalu mendapatkan informasi adanya pemilihan kepala desa lewat warga.

“Info itu selalu berkembang di warga. Bahkan saya sendiri selalu melingkari tanggalan agar tidak lupa saat pemilihan itu,” kata Sumarno, dalam perbincangan dengan Harian Jogja, kemarin (11/6)

Sumarno mengaku datang ke desa tempat pemilihan berlangsung bukan pada hari H saja. Dia bahkan datang sepekan lebih awal untuk memetakan jumlah suara salah satu calon nantinya. Minimal, harus ada kesimpulan dua kekuatan besar jika calonnya lebih dari dua.

“Kami adakan survei juga untuk mengetahu kekuatan masing-masing calon. Kalau ada salah satu calon yang kuat biasanya kami akan menyusun strategi, apakah akan mendukung calon lain atau tidak?” lanjut ayah dua orang anak ini.

Sumarno mengaku tidak akan memasang taruhan jika sudah ada botoh yang datang, khususnya dari salah satu botoh asal besar Magelang. Jika ada botoh, Sumarno memilih mundur dari perjudian pilkades atau kalau tidak ikut yang kecil-kecilan.

“Botoh ini biasanya bisa memengaruhi suara warga. Mereka itu bisa saja menggunakan serangan fajar untuk memilih seseorang yang tidak diunggulkan. Karena dapat uang, biasanya suara akan beralih ke calon tersebut,” kata Sumarno.

Hal ini yang menyebabkan Sumarno malas berjudi jika sudah ada botoh di desa tersebut. “Sebab survei kami selama sepekan bisa hancur dalam sehari. Kami sudah memetakan kekuatan, dan dia datang sehari langsung membuat onar,” katanya.

Sumarno mengaku ada satu utusan yang biasanya diminta salah satu botoh tersebut untuk datang. Jika orang itu datang sudah dipastikan botoh-botoh berkumpul untuk ikut dalam judi dalam jumlah besar.

Sumarno mengatakan untuk judi tingkat kecil seperti dia saja, bisa terkumpul dana hingga Rp100 juta. Jika ada dua kandidat yang kuat, Sumarno mengaku sering mengeluarkan Rp20 juta untuk bisa memenangkan calon yang kurang diunggulkan.

“Jadi kami masih bisa dapat Rp80 juta. Kalau memang tidak dapat dua-duanya ya kehilangan Rp120 juta. Ya seperti ini namanya judi, kalau kalah bangkrut, kalau menang jaya,” ujar Sumarno sambil menjelaskan, kalau judi antar botoh, nilai taruhan bisa mencapai Rp500 juta sampai Rp1 miliar.

Ketua Panitia Pelaksanaan Pemilihan Kades Sendangarum Agus Gondo Suparmanto membenarkan jika penjudi asal Muntilan banyak yang datang ke Sendangarum sejak sepekan lalu. Mereka bahkan bisa memetakan kekuatan dan meramalkan siapa yang akan menang dalam pemilihan saat itu.

“Menariknya mereka itu kerjanya seperti intel. Mereka itu bisa tahu satu KK itu jumlah pemilihnya berapa, padahal panitia saja tidak mengetahui sedetail itu,” kata Gondo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya