SOLOPOS.COM - Kanjeng Bendoro Pangeran Haryo Prabu Suryodilogo. (Harian Jogja/Gigih M Hanafi)

Jumenengan Paku Alam X akan digelar Kamis (7/1/2016) namun ada penollakan dari kerabat dalem

Harinjogja.com, JOGJA-Kanjeng Bendoro Pangeran Haryo (KBPH) Prabu Suryodilogo akan dinobatkan menjadi Paku Alam X bergelar Kanjeng Gusti Adipati Arya (KGPAA), Kamis (7/1/2016). Namun tidak semua kerabat dalem Kadipaten Pakualaman menyetujui penobatan tersebut.

Promosi Ijazah Tak Laku, Sarjana Setengah Mati Mencari Kerja

Keluarga Anglingkusumo salah satunya yang menolak membaiat Suryodilogo menjadi PA X. Paman dari Suryodilogo ini menganggap Suryodilogo tidak pantas menjadi penerus tahta Kadipaten Pakualaman.

“Kami menyatakan sikap menolak dan tidak mengakui Raden Mas Wijoseno Hario Bimo sebagai pengganti Paku Alam IX,” kata menantu Anglingkusumo, Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Wiroyudho dalam keterangan persnya di Crystal Hotel Lotus Jalan Magelang KM, 5,5 Mlati, Sleman, Rabu (6/1/2016).

Wiroyudho menjelaskan untuk menjadi Paku Alam perlu kriteria khusus salah satunya adalah putra kandung dari seorang raja yang dilahirkan melalui ikatan pernikahan. Sementara Suryodilogo lahir pada 15 Desember 1962 dengan nama Raden Mas Wijoseno Hario Bimo.

Sedangkan almarhum PA IX KGPAA Ambarkusumo atau ayah dari Suryodilogo menikah dengan KRay Koesoemarsini pada 27 Februari 1963. Wiroyudo menyatakan persoalan data penting diketahui sebagai bagian dari perjalanan sejarah. “Persoalan silsilah perlu diluruskan.” katanya.

Lebih lanjut Wiroyudho juga mengungkapkan bahwa KGPA Hario Prabu Soerjo Dilogo atau kakek Suryodilogo yang setelah berusia 40 tahun berganti nama menjadi KGPAA Paku Alam VIII, menikah dengan Mas Ayu Purnamaningrum pada tanggal 25 Oktober 1937. Sementara Ambarkusumo lahir pada 7 Mei 1938.

Artinya, kata dia, Ambarkusumo lahir lima bulan setelah PA VIII menikah. Ia mengakatan yang diungkapkannya tersebut merupakan sebagian kecil bahwa Suryodilogo tidak memenuhi kriteria menduduki tahta Paku Alam.

Meski menolak membaiat Suryodilogo, namun Wiroyudho memastikan pihaknya tidak akan mengganggu prosesi jumenengan Suryodilogo. Justeru dari pihak Anglingkusumo juga akan ikut menghadiri namun bukan berarti mendukung penobatan.

“Kami bukan orang bodoh, kami bukan preman yang akan melakukan tindakan tidak elegan sesuai norma dan hukum,” ujarnya.

Jika ada tuduhan pihak Anglingkusumo bakal mengganggu proses jumenengan justeru ia menyebut hal tersebut sebagai ketakutan yang berlebihan.

Wiroyudho menambahkan pihaknya tidak ingin merusak tatanan kebudayaan di Kadipaten Pakualaman. Ia menyadari yang berhak menjadi Paku Alam IX adalah ayah mertuanya, namun pihaknya merelakan Ambarkusumo menjadi raja. Saat ini setelah PA IX wafat pihaknya tidak menginginkan ada kesalahan kedua kalinya.

“Selama ini kami enggak bisa bersuara keras karena menjaga nama baik keluarga, menjaga nama baik Puro Pakualaman,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya