Jogja
Selasa, 5 Januari 2016 - 16:21 WIB

JUMENENGAN PAKU ALAM X : Rumitnya Persiapan, Sesaji Mata Kerbau hingga Tujuh Penari

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kanjeng Bendoro Pangeran Haryo Prabu Suryodilogo. (Harian Jogja/Gigih M Hanafi)

Jumenengan Paku Alam X akan digelar akhir pekan ini, persiapan masih terus dilakukan

Harianjogja.com, JOGJA — Menggelar prosesi penobatan bukan hal sepele. Berbagai aturan adat harus diikuti agar tak sampai melanggar pakem. Belum lagi mengatur tamu undangan yang jumlahnya diperkirakan mencapai ribuan orang.

Advertisement

Dari sisi adat saja, pihak panitia tak mau main-main. Saat hari pelaksanaan Jumenengan nanti akan ada serangkaian pakem adat yang wajib ditepati. Untuk sesaji misalnya, Indrokusumo Senin (4/1/2015) mengatakan pihak panitia sudah siap lembur mengerjakan sesaji yang berjumlah 36 buah. Sebanyak 12 diantaranya adalah sesaji untuk pusaka.

Isinya bisa jadi terdengar tak lumrah. Sebut saja ingkung ayam cemani, mata kerbau segar dan aneka jenang. Seluruhnya harus disiapkan di malam sebelum pelaksanaan berlangsung agar tak keburu rusak sebelum digunakan. Para panitia dan abdi dalem yang bertugas pun harus siap lembur.

Meski tampaknya tak lazim seluruh sesaji yang aneh ini memiliki tujuan sama yaitu untuk membawa keselamatan terhadap seluruh keluarga Pakualaman baik selama prosesi Jumenengan maupun sesudahnya.

Advertisement

“Itupun nyusunnya tidak boleh sembarangan. Ini yang kadang-kadang bikin kacau karena tercampur saat penataan,” kata Indrokusumo.

Soal pilihan pakaian pun tak kalah rumit. Sampai saat ini Indrokusumo mengaku belum mengetahui pasti motif apa yang akan dipakai sebagai kain jarik KBPH SUryodilogo nantinya. Namun dia memastikan Suryodilogo akan mengenakan ageman Keprabon yang menjadi busana kebesaran Pura Pakualaman.

“Kami menyediakan berbagai pilihan, setiap motif batik kan ada filosofinya, nanti menunggu saran-saran yang ada,” kata dia.

Advertisement

Sebagai pengiring prosesi Jumenengan Dalem, empat set gamelan sudah disiapkan. Dua set gamelan diposisikan di Bangsal Sewotomo. Gamelan Kyai Rinding yang hanya dimainkan setiap prosesi Jumenengan ditempatkan di sisi timur sementara Kyai Tlogo Muncar di sisi Barat.

Keduanya akan dimainkan secara simultan untuk mengiringi seluruh rangkaian Jumenengan termasuk saat tujuh penari menarikan Bedoyo Anronakung yang menjadi tradisi di setiap penobatan Paku Alam.

“Buku yang memuat tari Bedoyo ini pertama kali muncul saat masa Paku Alam II, tapi usianya kemungkinan lebih tua dari itu,” imbuh Indrokusumo.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif