SOLOPOS.COM - Pengunjung melihat-lihat kerajinan kulit di salah satu showroom Manding, Sabdodadi, Bantul.(Rheisnayu Cyntara/JIBI/Harian Jogja)

Perajin kulit di sentra kerajinan kulit Manding semakin berkurang

 

Promosi Iwan Fals, Cuaca Panas dan Konsistensi Menanam Sejuta Pohon

Harianjogja.com, BANTUL–Pascagempa 2006 hingga kini, perajin kulit di sentra kerajinan kulit Manding semakin berkurang. Dengan 52 showroom, saat ini tercatat ada 42 rumah produksi dengan dengan 325 orang perajin.

Ketua Pokdarwis Manding, Jumakir mengatakan jumlah tersebut jauh dari kebutuhan perajin yang ideal. Seharusnya dengan pesanan yang ada, Manding harusnya memiliki minimal 400 orang perajin.

Padahal belasan tahun silam, perajin kulit di Manding mencapai 650 orang yang tersebar di 96 rumah produksi.

“Jumlah pengrajin kita memang kurang. Jumlah ini berkurang sejak tahun 2.000an dan berkurang lagi paska gempa,” kata dia pada Kamis (20/4/2017).

Minimnya jumlah perajin kulit tersebut, menurut Jumakir disebabkan banyak rumah produksi dan hancur. Para perajin pun banyak yang pindah bekerja di luar Manding sejak pemerintah memberikan kebebasan orang asing untuk menanamkan usaha termasuk di bidang kerajinan paska krisis moneter.

Karena investasi, khususnya investasi asing menjadi faktor penting untuk menggerakkan dan mendorong pertumbuhan ekonomi paska krismon.

Maka, ketika itu, para pengusaha asing menyewa lahan dan mendirikan perusahaan kemudian merekrut tenaga kerja lokal. “Pemodal asing bisa menggaji lebih tinggi sehingga perajin yang pindah ke sana,” ujar dia.

Padahal menurut salah satu pemilik showroom di Manding, Suyoto, perajin kulit memiliki spesifikasi keahlian masing-masing yaitu perajin sepatu, perajin garmen, dan perajin barang dari kulit.

Perajin sepatu tidak dapat membuat dompet atau jaket yang merupakan produk garmen, begitu pula sebaliknya. Sehingga, jika kekurangan salah satu jenis perajin, maka perajin lain tidak dapat memenuhi permintaan kebutuhan akan barang tersebut.

Salah satu pemilik rumah produksi, Rahman mengatakan memiliki 47 perajin, 20 orang bekerja di  rumah produksi sedangkan 27 orang lainnya bekerja di rumah masing-masing. “Jumlah perajin memang kita masih kurang, terlebih kalau pas pesanan banyak,” ucap dia.

Menurut Rahman selain karena hancurnya rumah produksi paska gempa dan banyaknya penenam modal asing, kekurangan perajin kulit di Manding juga disebabkan banyak perajin yang alih haluan menjadi buruh bangunan. “Banyak yang bekerja bangunan dan mundur sebagai perajin,” tutur dia.

Maka untuk mensiasati hal yang tersebut, Rahman mulai melakukan regenerasi usaha. Ia mulai melibatkan anaknya dalam usaha kerajinan kulit ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya