Jogja
Kamis, 15 Juli 2021 - 21:45 WIB

Kabar Duka, Belasan Transpuan di Jogja Meninggal Gegara Ini

Harianjogja.com  /  Josef Leon  /  Arif Fajar Setiadi  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi. Sejumlah waria menggelar aksi memperingati Hari AIDS Sedunia yang jatuh pada tanggal 1 Desember di Gladak Solo, Sabtu (1/12/2012). (Dwi Prasetya/JIBI/SOLOPOS)

Solopos.com, JOGJA – Belasan transpuan di Jogja dilaporkan meninggal akibat kurangnya akses ke layanan kesehatan dan berbagai faktor lain dari penyakit yang dideritanya selama pandemi Covid-19.

Pelaksanaan PPKM Darurat membuat kehidupan para transpuan di Jogja kian sulit hingga mesti bersandar pada bantuan dan solidaritas masyarakat.

Advertisement

Koordinator Waria Crisis Center (WCC), Rully Malay mengatakan, ada 11 transpuan yang meninggal di masa pandemi Covid-19. Secara umum penyebabnya dikarenakan oleh penyakit penyerta seperti paru, jantung, ginjal dan lain sebagainya. “Situasinya lebih kepada gizi buruk, depresi dan penyakit penyerta lainnya,” kata dia, Kamis (15/7).

Baca juga: Pemkab Bantul Dorong Desa Miliki Tim Pemulasaraan Jenazah

Advertisement

Baca juga: Pemkab Bantul Dorong Desa Miliki Tim Pemulasaraan Jenazah

Para transpuan Jogja yang sakit juga tidak bisa mengakses layanan BPJS Kesehatan karena terkendala dari sisi administrasi yakni KTP. Satu-satunya layanan yang dapat mereka manfaatkan akses yakni Balai Penyelenggara Jaminan Kesehatan Sosial (Bapel Jamkesos). Hanya saja, layanan itu cuma diperuntukkan bagi warga khusus DIY dan juga warga terlantar.

“Bisa tapi harus buat surat keterangan warga terlantar di kepolisian padahal kan tidak,” ujarnya.

Advertisement

“Jadi lebih mengurus persoalan krisis yang dialami teman-teman waria,” ungkapnya.

Baca juga: Catat, Vaksinasi Untuk Anak Di Kulonprogo, Agustus Mendatang

Transpuan Jogja Terdampak PPKM

Pihaknya membuka layanan donasi sampai tanggal 20 Juli mendatang akibat penerapan PPKM Darurat. Sedikitnya 280-an transpuan terdampak dan tidak bisa mencari nafkah akibat kebijakan itu.

Advertisement

“Banyak yang sakit dan isolasi mandiri, mereka juga tidak ada tabungan jadi memang butuh bantuan,” katanya.

Kondisi ini memang menjadi dilema bagi para transpuan di Jogja. Dengan dibatasinya aktivitas bagi masyarakat, banyak dari mereka yang terdampak dari sisi penghasilan. Bantuan dari pemerintah pun tak kunjung didapat. “Akhirnya memaksakan diri bekerja sampai larut malam dan jadi jatuh sakit,” ungkap dia.

 

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif