Kampanye antirokok terus ditanamkan sejak dini.
Harianjogja.com, JOGJA – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendi menegaskan sosialisasi gerakan antirokok akan diusulkan masuk dalam materi kurikulum sekolah. Adapun sosialisasi akan dimulai sejak sekolah dasar.
Promosi Pramudya Kusumawardana Bukti Kejamnya Netizen Indonesia
Muhadjir mengungkapkan sosialisasi antirokok kepada siswa sekolah dasar merupakan upaya memperkuat pembentukan karakter. Rencananya materi akan diajarkan mulai SD hingga jenjang SMA. Alasannya jelas, karena rokok menjadi ancaman kesehatan terutama bagi anak-anak.
“Tujuannya memang memperkuat gerakan antirokok sejak pendidikan dasar, bukan PAUD. Pendidikan dasar itu kan dimulai dari SD. Kemudian nanti berlanjut ke SMP, lantas SMA sesuai dengan porsinya masing-masing,” ujar Muhadjir saat menghadiri pembukaan Muktamar Nasyiatul Aisyiyah XIII di Sportorium Universitas Muhammadyah Yogyakarta (UMY), Jumat (26/8/2016).
Kendati begitu, Muhamdjir juga belum memastikan kapan pilot project sosialialisasi antirokok masuk dalam materi kurikulum itu resmi diberlakukan. Menurut dia, hal itu masih sebatas usulan dan masih akan dikaji lebih mendalam.
“Masih menunggu persetujuan dari APBN juga kan untuk menjalankan pilot project ini,” tandasnya.
Lebih lanjut dia menjelaskan, sosialisasi antirokok sejak pendidikan dasar sekaligus merupakan upaya mendukung konsep pendidikan karakter yanng digadang-gadang Presiden Joko Widodo. Jika disetujui konsepnya nanti akan diberlakukan secara menyeluruh di Indonesia.
Sementara itu, dukungan sosialisasi antirokok pun mendapat dukungan dari akademisi.
Pakar Pendidikan dari Universitas PGRI Yogyakarta (UPY) mengungkapkan, usulan Mendikbud itu cukup positif. Buchory menyatakan, sangat efektif bila sosialisasi anti rokok dimasukkan dalam kurikulum dengan tujuan agar siswa SD mengenanal sejak dini bahaya-bahaya rokok. Hanya saja, Buchory menekankan agar nantinya pendekatan yang ditempuh nantinya memakai cara tepat.
“Kalau menurut saya pendekatannnya yg tepat adalah pendejatan integratif,” ujar Buchory saat dimintai konfirmasi di waktu dan tempat yang berbeda.
Artinya, menurut dia, sosialisasi antirokok tersebut diintegrasikan ke dalam mata pelajaran atau bahan ajar yang relevan. Jadi tidak menggunakan pendekatan monolitik yang berdiri sendiri sebagai mata pelajaran karena jumlah mata pelajaran sudah banyak sehingga akan membebani peserta didik.