SOLOPOS.COM - JIBI/Harian Jogja/Eva Syahrani Frederik saat membantu membuat jumputan di showroom Batik Jumput Batikan, Kelurahan Tahunan, Umbulharjo, Senin (8/7/2013).

JIBI/Harian Jogja/Eva Syahrani
Frederik saat membantu membuat jumputan di showroom Batik Jumput Batikan, Kelurahan Tahunan, Umbulharjo, Senin (8/7/2013).

Kampung Batikan, Kelurahan Tahunan, Umbulharjo disebut telah lama mati suri, namun saat ini kampung Batikan seolah hidup kembali dan berusaha menggapai kejayaan. Seperti apa yang terjadi?Berikut laporan wartawan Harian Jogja Eva Syahrani.

Promosi Ada BDSM di Kasus Pembunuhan Sadis Mahasiswa UMY

Konon katanya kampung Batikan merupakan sentra batik, sehingga kemudian dijuluki Batikan. Berdasarkan penelusuran Harian Jogja ke beberapa masyarakat tidak ada yang mengetahui secara pasti hal itu.

Namun masyarakat sekitar seolah percaya dahulu kampung tersebut sempat berjaya dengan batiknya.Kampung ini disebut sudah bertahun-tahun mati suri karena tidak terlihat aktivitas membatik warganya.

Saat ini di kampung Batikan, tumbuh kembali usaha membatik yang dirintis dengan jumputan. Beberapa rumah terlihat memasang plakat bertuliskan batik jumputan. Ibu-ibut erlihat sibuk membungkus batu kecil di atas kain dan diikat dengan tali rafia sesuai motif yang sudah digambar.

Mereka melakukannya santai sambil mengerjakan pekerjaan rumah yang lain. Di beberapa tempat adapula yang sibuk mewarnai. Usaha batik jumputan tersebut memang seolah menghidupkan kembali kampung Batikan.

“Ini dimulai sekitar 2010, dulu memang tidak ada aktivitas membatik saat saya memperkenalkan jumputan di sini,” ucap Tuliswati Sandhi wanita yang mengaku pertama kali memperkenalkan jumputan di kampung Batikan kepada Harian Jogja, Senin (8/7/2013).

Selama tiga tahun dengan sekitar lima belas orang anggota Tulis mengaku merintis jumputan. Sampai akhirnya jumputan terkenal di Tahunan. Saat ini, tidak hanya Batik Jumput Batikan, jumputan memang seolah sudah menjelma di kampung Tahunan.

Setidaknya sudah ada tiga kelompok batik dengan jumlah anggota puluhan orang meramaikan kelurahan Tahunan. Jumputan seolah tidak hanya menghidupkan kampung Batikan tetapi merata di Kelurahan Tahunan.

“Kami kan memang ingin Tahunan jadi sentra batik jumputan, walau beda kelompok tapi kami bersaing sehat,” ungkap Marina perajin batik jumput di Celeban, Tahunan.
Berbagai pesanan sudah diterima kelompok-kelompok ini. Ekonomi masyarakat kian terangkat.

Keunggulan jumputan di pewarnaan dan motif membuat jumputan di Tahunan cukup diminati. Motif-motif jumputan beragam. Ditambah pewarnaan yang tidak mungkin sama membuat jumputan memiliki keunggulan setiap karya yang dibuat pasti berbeda satu dengan yang lain.

Sistem pewarnaan alami ini telah memikat konsumen dari dua negara yaitu Jepang dan Australia. “Mereka tertarik pewarnaan alami yang kami gunakan,” ungkap ketua Batik Jumput Batikan Suwarno.

Jumputan telah membuat masyarakat sekitar Kelurahan Tahunan melambungkan cita-citanya cukup tinggi. Dengan semangat membara mengikuti berbagai pelatihan masyarakat terus berusaha meningkatkan kualitas. Mereka bercita-cita menghidupkan kampung mereka dengan kreativitas membuat batik jumputan.

Batik jumputan sangat diharapkan membuat Tahunan dikenal dan menjadi ikon pariwisata tersendiri. “Saya bisa ikut bantu-bantu lumayan bisa buat beli susu dihari tua saya. Semoga bisa jadi pusat wisata,” harap Frederik, salah satu ibu di RT 35 Tahunan yang ikut membuat jumputan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya