SOLOPOS.COM - Ahli genomik, Muhammad Arief Budiman (JIBI/Harian Jogja/dok. Humas UMY)

Kampus Jogja UMY menyelenggarakan kuliah umum mengenai ilmu genomik.

Harianjogja.com, BANTUL-Ilmu genomik atau rekayasa genetis merupakan pengetahuan mengenai gen-gen pada makhluk hidup untuk mendapatkan bibit unggul.

Promosi Championship Series, Format Aneh di Liga 1 2023/2024

Ahli genomik, Muhammad Arief Budiman mengatakan ilmu genomik memiliki fokus terhadap gen-gen yang dimiliki oleh makhluk hidup, baik itu tumbuhan, hewan ataupun manusia dan juga epic genetic.

“Kenapa proyek genome dibutuhkan? Dengan proyek genome kita bisa mengkatalogkan gen-gen pada makhluk hidup, seperti gen seperti apa yang dapat menimbulkan penyakit atau menciptakan bibit unggul,” jelasnya kepada mahasiswa di ruang sidang Ar. Fachruddin A lantai 5 Kampus Terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), seperti dikutip dari rilis yang Harianjogja.com, pada Sabtu (5/12/2015).

Di Indonesia, kata dia, hanya segelintir orang yang memahami seputar Ilmu Genomik. Selain itu, pengembangan penelitian ilmu genomik di Indonesia terkendala perizinan dari pemerintah.

“Kami baru melakukan penelitian genomik terhadap kelapa sawit di negara Malaysia. Mengapa di Malaysia? Karena proses perizinan oleh pemerintah di Malaysia tidak membutuhkan waktu yang lama. Berbeda dengan di Indonesia yang prosesnya panjang, sehingga saat ini yang dapat kami lakukan hanya sekadar penyampaian ilmu, belum pada tahap penelitian,” ungkap Alumnus Texas A&M University ini lagi.

Dalam penelitian Ilmu Genomik terhadap kelapa sawit diketahui ilmu ini dapat mengidentifikasi kualitas kelapa sawit yang unggul. Kelapa sawit sendiri memiliki tiga jenis, yakni Dura, Pisifera dan Tenera. Dura merupakan kelapa sawit yang memiliki cangkang sangat tebal, sehingga ketika diproses, mesin akan lebih bekerja keras bahkan dapat membuat mesin cepat rusak. Sedangkan jenis kedua yakni Pisifera merupakan kelapa yang tidak memiliki cangkang sehingga olahan yang dihasilkan juga akan lebih steril dan tidak banyak kandungan minyaknya. Sedangkan jenis ketiga, tenera, merupakan jenis hasil dari pembuahan Dura dan Pisifera. Jenis Tenera memiliki cangkang yang tipis dan kandungan minyaknya 30% lebih tinggi dibandingkan kedua jenis lainnya.

“Oleh karenanya banyak industri kelapa sawit yang berusaha mengembangbiakkan jenis Tenera tersebut. Namun, seharusnya apabila jenis Dura disilangkan dengan Pisifera akan menghasilkan 100 persen jenis Tenera. Pada realitanya, tidak seluruh hasil persilangan membuahkan 100 persen Tenera. Beberapa hanya 30 persen atau bahkan 10 persen,” papar Arief yang juga merupakan salah satu pendiri Indonesian Muslim Society in America (IMSA).

Arief mengatakan semula pandangan global terhadap genomik negatif. Dunia Global menganggap ilmu genomik yang diaplikasikan dalam kelapa sawit dapat merusak hutan dan mengganggu komunitas orangutan. Namun setelah Malaysia mengaplikasikan genomik pada kelapa sawit, hutan-hutan justru tetap subur dan semakin terjaga kelestariannya karena adanya pembuatan benih-benih unggul hasil dari ilmu genomik tersebut.

Ia juga menambahkan genome tidak menciptakan suatu tanaman atau spesies baru. Namun pada dasarnya, semua spesies memiliki gen yang beraneka ragam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya