SOLOPOS.COM - Seminar Ekosistem Karst Gunungsewu di Aula SMAN 1 Wonosari, Minggu (16/11/2014). (JIBI/Harian Jogja/Kusnul Isti Qomah)

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL-Kelestarian ekosistem karst di Gunungkidul perlu dilestarikan. Keberadaan karst di Gunungkidul sangat berpengaruh dengan ketersediaan air di Gunungkidul.

Dosen Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) Ahmad Cahyadi mengatakan, wilayah karst sangat penting untuk ketersediaan air. Menurutnya, karst memiliki fungsi untuk menyimpan cadangan air pada musim kemarau.

Promosi Mabes Polri Mengusut Mafia Bola, Serius atau Obor Blarak

“Karts memiliki lapisan bernama epikarst. Lapisan itu berfungsi untuk menyimpan air,” ujar dia kepada Harianjogja.com usai mengisi seminar mengenai Ekosistem Karst Gunungsewu di Aula SMAN 1 Wonosari, Minggu (16/11/2014).

Ahmad menjelaskan, air hujan yang turun akan tertahan pada lapisan tersebut. Air itu, lanjut dia, akan dilepaskan perlahan ke sungai bawah tanah. Menurut dia keberadaan lapisan epikarst terancam dengan adanya aktivitas penambangan.

“Jika tidak ada epikarst, air hujan akan jatuh ke permukaan karts tanpa bisa disimpan. Air tersebut hanya akan menjadi air yang diuapkan,”  imbuh dia.

Jika epikarst hilang, lapisan yang tersisa adalah lapisan yang kedap dan tidak bisa mengalirkan air. Ia menyayangan, di kawasan karts yang menjadi kawasan lindung yang ditetapkan Badan Geologi ada kawasan yang dibukan untuk penambangan.

“Mungkin ini jalan tengah, kawasan itu dibuka untuk penambangan sampai waktu masyarakat bisa hidup tidak dari tambang,” ungkap dia.

Menurut dia, pola pikir masyarakat harus diubah. Pemerintah harus bisa mengembangkan sektor lain untuk mengangkat ekonomi masyarakat. Ia mengungkapkan, pengembangan sisi wisata bisa menjadi salah satu jalan keluar.

“Selain itu, warga bisa menjual produk pertanian yang sudah diolah sehingga harga jual lebih tinggi,” ujar dia.

Hal itu ia sampaikan usai mengisi seminar mengenai ekosistem karst Gunungsewu di Aula SMAN 1 Wonosari yang digelar oleh organisasi pecinta alam SMAN 1 Wonosari Pawana. Pembina Pawana Edi Dwi Atmaja mengatakan, seminar tersebut digelar untuk mengenalkan ekosistem karst kepada siswa.

“ Tak kenal maka tak sayang. Kami ingin anak-anak mengenal karst dan akan menjadi generas muda pelestai karst,”  ucap dia.

Sebagai tindak lanjut seminar tersebut, Edi mengatakan, akan dibentuk kelompok studi. Menurutnya, semangat anak-anak harus mendapatkan wadah untuk berekspresi. Melalui kelompok tersebut, lanjut Edi, anak-anak akan semakin belajar mengenai karst.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya