SOLOPOS.COM - PRESTASI—Mary Fitriyah (dua dari kanan) dan Latifatul Istichomah (dua dari kiri) saat memperkenalkan hasil inovasi pembuatan obat antinyamuk, di kampus UAD beberapa waktu lalu. (IST)

PRESTASI—Mary Fitriyah (dua dari kanan) dan Latifatul Istichomah (dua dari kiri) saat memperkenalkan hasil inovasi pembuatan obat antinyamuk, di kampus UAD beberapa waktu lalu. (IST)

Pemanfaatan jeruk tidak berhenti pada buah dan daun untuk konsumsi. Ditangan dua mahasiswi Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Jogja, kulit dari jeruk diolah menjadi bahan pelengkap obat antinyamuk.

Promosi Isra Mikraj, Mukjizat Nabi yang Tak Dipercayai Kaum Empiris Sekuler

Adalah Mary Fitriyah dan Latifatul Istichomah, keduanya melakukan inovasi dengan memanfaatkan limbah kulit jeruk yang diramu dengan minyak cengkih, dan minyak kayu putih. “Penelitiannya sudah dilakukan, rencananya diproduksi berupa tablet supaya bisa menyublim dan uapnya bereaksi mengusir nyamuk,” jelas Fitriyah, belum lama ini.

Fitriyah menambahkan, hasil uji inovasi itu nantinya bisa berfungsi ganda sekaligus sebagai aromaterapi. Soalnya, kandungan aroma dan minyak atsiri ketiga bahan yang dipilih juga sesuai sebagai aromaterapi. Keunggulan lainnya, antinyamuk yang dibuat tidak membutuhkan energi listrik dan aman untuk kesehatan tubuh.

Meski telah diperkenalkan kepada media, Fitriyah mengakui bahwa hingga saat ini obat antinyamuk tersebut belum diproduksi untuk komersial. “Rencananya awal 2013 baru kami produksi untuk dikomersialkan. Mengenai gambarannya, obat antinyamuk bentuknya seperti kapur barus,” katanya di kompleks Kampus UAD Jalan Kapas, Jogja.

Mengenai bahan-bahan untuk obat antinyamuk, Fitriyah menjelaskan setiap kandungan bahan memiliki zat yang tidak disukai nyamuk. Pada kulit jeruk terkandung zat limonen berfungsi sebagai antinyamuk karena mampu membunuh nyamuk. Sedangkan pada minyak cengkih terdapat oleum cariophylen sebagai antinyamuk dan aromaterapi. Hal yang sama juga terdapat pada minyak kayu putih dengan kandungan atsiri oleum cajupuli.

Pada kesempatan yang sama, Latifatul menambahkan, obat antinyamuk dibuat dengan cara sederhana dengan menyampur ketiga bahan sesuai takaran. Kemudian, ramuan bahan dicampur karagenan yakni bahan pengikat yang menghambat pelepasan zat sehingga mampu bertahan lama. “Sifat karagenan kan liat, jadi setelah semua bahan tercampur, bisa langsung dicetak sesuai keinginan dan dapat langsung digunakan,” kata dia.

Inovasi bersama Fitriyah, katanya dilatarbelakangi keprihatinan pada banyaknya kasus penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Malaria di Indonesia. Pasalnya, data World Health Organisation menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara endemik DBD terbesar di Asia Tenggara. “Dengan inovasi ini kami berharap produk digunakan masyarakat, sekaligus produk ramah lingkungan karena menggunakan bahan alami,” kata Latifatul.

Ke depan, produk tablet obat antinyamuk akan dibanderol Rp1.000 per tablet. Obat antinyamuk diperkirakan efektif mengusir nyamuk di ruangan seluas 3 x 3 meter dalam waktu 8–12 jam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya