SOLOPOS.COM - TOPI TUNANETRA—Mahasiswa Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri UAD Son Ali Akbar menunjukan topi penunjuk arah bagi tunanetra (JIBI/Harian Jogja/Mediani Dyah Natalia)

TOPI TUNANETRA—Mahasiswa Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri UAD Son Ali Akbar menunjukan topi penunjuk arah bagi tunanetra (JIBI/Harian Jogja/Mediani Dyah Natalia)

Sejumlah alat bermunculan untuk membantu penyandang kebutuhan khusus menjalani hidup. Paling baru, sebuah alat bermodel topi yang digunakan untuk membantu penyandang tunanetra.

Promosi Ijazah Tak Laku, Sarjana Setengah Mati Mencari Kerja

Keterbatasan penglihatan membuat penyandang kebutaan sulit mengerjakan pekerjaan maupun berjalan namun bukan berarti selalu bergantung pada pihak lain. Setidaknya dengan topi yang diciptakan Mahasiswa Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Universitas Ahmad Dahlan, Son Ali Akbar, tunanetra kini dapat berjalan dan menentukan arah.

Laki-laki kelahiran Biak, Papua ini menjelaskan alat ini digagasnya sejak ia berada di bangku SMA. Kala bersekolah di SMA Muhammadiyah 4 Jogja, ia memiliki beberapa rekan yang memiliki keterbatasan penglihatan. “Karena saya dekat dengan mereka, dia cerita mengenai kendalanya selama ini untuk menentukan arah. Makanya saya kepikiran untuk mencari solusi supaya bisa bantu,” jelasnya saat ditemui Harian Jogja di UAD, Senin (23/7).

Son menuturkan topi penunjuk arah ini terdiri dari tiga bagian, topi, tas dan ikat pinggang. Topi yang dipasang sensor kompas digital dan switch sebagai pengendali. Tas yang diletakan dipunggung atau pinggang sendiri berisi mikrocontroler. Terakhir ikat pinggang, yang dilengkapi komponen getar dari ponsel dimanfaatkan.

“Pengguna tinggal berdiri lurus lalu tekan switch. Kemudian alat akan bekerja. Ikat pinggang yang dilengkapi komponen ponsel akan bergetar. Jika yang bergetar di depan, berarti utaranya di depan pengguna. Kalau yang bergetar di pinggang kiri, utaranya di kiri dan seterusnya,” papar Sekretaris Pimpinan Rating Muhammadiyah Banguntapan 3 ini.

Arah mata angin yang diutamakan hanya dipatok utara. Menurutnya, hal ini disebabkan tunanetra memiliki daya ingat dan pemahaman yang tinggi. Sekali mendengar dan mengerti mereka akan selalu ingat sehingga jika mendapat petunjuk mengenai satu arah saja, tuna netra tersebut dapat segera mengetahui arah mata angin.

Alat yang menggunakan tenaga batu baterai ukuran AAA berjumlah empat biji ini dapat menghasilkan listrik sebesar 5 volt. Jika dipakai secara terus menerus, Topi Kompas ini dapat dipergunakan selama satu jam.

Agar hemat, Son sengaja menyelipkan speed control di bagian topi. Dengan alat ini, energi yang dikeluarkan hanya sesuai kebutuhan. Selebihnya alat akan mati sampai pengguna menghidupkan kembali. Piranti untuk menghemat energi ini dapat membantu masa baterai sehingga bertahan 1-2 hari.

Alat yang dirakit selama sebulan ini membutuhkan biaya pembuatan sekitar Rp1 juta. Adapun, dana tersebut untuk membeli mikrocontroler Rp40.000, sensor kompas digital Rp400.000 dan biaya lain-lain sekitar Rp600.000.

Ditanya mengenai tantangan membuat alat ini, Son mengungkapkan inovasi ini cenderung mudah dirakit. Setiap elemen yang dibutuhkan pun mudah didapatkan. “Masalahanya hanya di dana,” ungkapnya malu-malu.

Tiga orang yang memiliki keterbatasan penglihatan dan menjajal topi ini menyatakan kepuasaanya. Dengan alat ini, ketiga rekan Son tersebut dapat mengenali arah mata angin dan semakin mandiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya