SOLOPOS.COM - Ilustrasi antraks. (Freepik.com)

Solopos.com, GUNUNGKIDUL — Kasus antraks kembali muncul di wilayah Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Bahkan, ada satu warga asal Kapanewon Gedangsari, berinisial Su, diduga terjangkit atau suspek penyakit antraks.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Gunungkidul, Dewi Irawaty, mengatakan pihaknya mendapat laporan dari Dinkes Kabupaten Sleman terkait adanya satu warga Gunungkidul yang dirawat di RSUD Prambanan yang diduga suspek antraks.

Promosi Mabes Polri Mengusut Mafia Bola, Serius atau Obor Blarak

“Kami dapat info kemarin siang menjelang sore. Ada satu warga Gedangsari suspek antraks dan dirawat di RSUD Prambanan,” kata Dewi, Jumat (8/3/2024).

Ia mengatakan saat ini pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan terkait penanganan selanjutnya.

Selain itu, lanjut Dewi, Dinkes telah menurunkan tim untuk melakukan survei di lapangan, termasuk cek kesehatan hewan, pendataan hewan sakit, serta apakah ada warga lain yang mengonsumsi daging hewan yang mati dan pengambilan sampel.

“Kami belum bisa melaporkan secara lengkap, baru melacak di lapangan. Kita akan melihat dulu apakah ada gejala dari warga lain. Saat ini memang sudah ada satu yang suspek antraks,” katanya.

Lebih lanjut, Dewi mengimbau kepada masyarakat agar kalau ada hewan sakit atau mati jangan dipotong, apalagi di-brandu (disembelih dan dibagi-bagi).

“Kalau mengonsumsi daging, pastikan dari hewan yang sehat dan rebus sampai matang,” katanya.

Sementara itu, Panewu Gedangsari, Eko Kristianto, membenarkan ada salah seorang warganya yang diduga suspek antraks. Namun demikian, pihaknya juga belum mengetahui secara pasti, karena masih dilakukan penelusuran.

Ia menyebut jika ada sapi yang mati di rumah warga suspek antraks tersebut. “Kebetulan di rumahnya ada sapi mati, tetapi tidak disembelih dan Puskeswan melakukan penguburan sapi,” kata Eko.

Sementara itu, Bupati Gunungkidul Sunaryanta mengingatkan kepada masyarakat jika ada hewan ternak mati untuk tidak dikonsumsi atau sering disebut brandu. Lebih baik dikuburkan dibandingkan dikonsumsi.

“Jangan brandu kalau itu tidak dilakukan, ada Puskeswan. Karena itu bisa berdampak,” kata bupati.

Selama ini, kasus antraks memang kerap muncul di Kabupaten Gunungkidul. Salah satu faktor penyebabnya adalah tradisi atau budaya brandu, yakni membagi-bagikan daging ternak yang sakit atau sudah mati.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya