Jogja
Selasa, 2 Juli 2013 - 19:09 WIB

KASUS CEBONGAN : Saksi Sering Pakai Istilah "Lucu" Bikin Pengunjung Sidang Tertawa

Redaksi Solopos.com  /  Sumadiyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Tiga orang terdakwa (kanan ke kiri), Serda Ucok Tigor Simbolon, Serda Sugeng Sumaryanto dan Koptu Kodik anggota Grup 2 Kopassus, Kandang Menjangan, Kartasura yang sedang memperagakan wajah mereka mengenakan sebo/penutup muka saat menjalani sidang lanjutan kasus penyerangan terhadap tahanan Lapas Kelas IIB, Sleman, Yogyakarta di Pengadilan Militer II-11 Yogyakarta, Banguntapan, Bantul,Selasa (02/07/2013). (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Tiga orang terdakwa (kanan ke kiri), Serda Ucok Tigor Simbolon, Serda Sugeng Sumaryanto dan Koptu Kodik anggota Grup 2 Kopassus, Kandang Menjangan, Kartasura yang sedang memperagakan wajah mereka mengenakan sebo/penutup muka saat menjalani sidang lanjutan kasus penyerangan terhadap tahanan Lapas Kelas IIB, Sleman di Pengadilan Militer II-11 Jogja, Banguntapan, Bantul, Selasa (2/7/2013). (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Harianjogja.com,BANTUL—Sidang perkara penembakan empat tahanan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Cebongan, Sleman biasanya diwarnai suasana tegang. Tapi tidak begitu dengan suasana sidang Selasa (3/7/2013) kemarin. Gelak tawa para pengunjung sidang hingga momen maaf-maafan muncul pada persidangan dengan agenda penyampaian keterangan saksi tersebut.

Advertisement

Kelucuan timbul saat saksi, Supratiknyo, sipir lapas cebongan menyampaikan keterangan dengan bahasa campur aduk Indonseia dan Jawa saat ditanya oleh Oditur.

Lelaki asal DIY itu menceritakan bagaimana anggota Kopassus yang datang ke Lapas menarik paksa layar monitor CCTV sebelum masuk ke sel tahanan lalu menembak mati empat penghuninya.

“CCTV itu disebrot (ditarik paksa) jatuh kabelnya ngelewer (bergelantungan), rupanya kabelnya ada setrumnya lagi,” tutur Supratiknyo santai. Sontak para pengunjung pun tertawa.

Advertisement

“Disebrot itu apa coba dijelaskan?,” kata Oditur Sus Budiharto. Tak hanya itu, Supratiknyo juga menceritakan bagaimana kondisi salah seorang sipir saat dihajar pelaku.

“Waktu itu petugas Widiatmana giginya tumbang dua,” ujarnya kembali disambut gelak tawa. “Kalau gigi itu patah atau tumbang? Kaya pohon saja tumbang,” kata Oditur lagi mengoreksi.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif