SOLOPOS.COM - ilustrasi

ilustrasi

JOGJA—Jalanan di DIY kian menjadi area mematikan. Makin banyak nyawa melayang sia-sia di jalanan.

Promosi Komeng The Phenomenon, Diserbu Jutaan Pemilih Anomali

Sesuai data Ditlantas Polda DIY, angka kecelakaan selama triwulan pertama 2012 saja telah terjadi 745 kecelakaan atau rata-rata 248 setiap bulan. Jumlah tersebut dinilai tinggi. Sebelumnya, Dirlantas Polda DIY Kombespol Bambang Pristiwanto menjelaskan kuantitas kecelakaan lalu lintas di DIY itu terhitung tinggi dibanding 10 kota bersar lainnya di Indonesia.

Sleman menjadi daerah paling maut. Jumlah nyawa yang melayang karena kecelakaan pada 2011 mencapai 182 orang. Jumlah ini meningkat drastis dari 2010 yang mencapai 47 orang saja. Meski sebenarnya dari kejadian turun dari 1.720 kasus pada 2010 menjadi 1.625 pada 2011. Sementara hingga April 2012 sudah terjadi 564 kecelakaan.

Kasat Laka Lantas Polres Sleman Ahmad Nanang Wibowo mengatakan tingginya kecelakaan tidak bisa dihubungkan dengan peningkatan pengendara motor. “Tidak semata-mata karena pengendara motor atau jumlah motor yang meningkat. Tapi perlu dicermati kehati-hatian dalam berkendara,” kata Nanang kepada Harian Jogja, Selasa (29/5).

Nanang menambahkan beberapa daerah yang cukup rawan terjadinya kecelakaan adalah kecamatan Depok, Mlati, Gamping, Kalasan dan Prambanan. Hal ini dipicu karena lima kecamatan itu meliki jalur luar kota.

“Kalau di Sleman sendiri ada empat titik, yakni Jalan Magelang, Jalan Wates, Jalan Solo-Jogja dan Jalan Lingkar Utara. Empat titik rawan ini perlu adalah jalur-jalur luar kota yang semua orang perlu berhati-hati,” kata Nanang.

Di Gunungkidul kecelakaan juga terus meningkat tajam. Berdasarkan data Polres setempat pada 2011 terjadi 409 kecelakaan lalu lintas dengan korban meninggal sebanyak 54 orang, 84 orang luka berat dan 86 orang luka ringan. Jumlah ini meningkat dibanding 2010 yang mencapai 389 kasus kecelakaan dengan 34 orang meninggal, 51 orang luka berat, serta 497 orang luka ringan.

Secara kerugian material juga meningkat dari Rp159,3 juta pada 2010 menjadi Rp219,6 juta pada 2011. “Kecelakaan didominasi kendaraan roda dua,” kata Kanit Laka Lantas Polres Gunungkidul AKP Joko Utomo kepada Harian Jogja, Selasa (29/5).

Di Bantul, meski cenderung menurun, tingkat fatalitas atau keparahan justru meningkat tajam. Pada Mei 2012, jumlah korban meninggal dunia sudah ada 12 orang. Data yang dihimpun Harian Jogja, laka lantas di Bantul pada 2009 ada 1.629 kasus. Dengan jumlah korban meninggal 62 orang, luka berat 233 orang, dan luka ringan 2.574 orang.

2010, jumlah kasus turun jadi 1.463 kasus dengan korban meninggal 33 orang, luka berat 51 orang, dan ringan 2.330 orang. Sedangkan pada 2011, kembali turun jadi 1.264 kasus. Namun, jumlah korban meninggal dunia melonjak hingga 152 orang, 26 luka berat dan luka ringan 1.919 orang.

Adapun pada 2012, sejak Januari hingga April, jumlah kasus sudah menembus angka 453. Dengan korban meninggal 28 orang. Ditambah jumlah korban pada kasus Mei, maka total korban meninggal sudah mencapai 40 orang.

Dengan tingginya kasus serta jumlah korban kecelakaan, saat ini Bantul masih menempati urutan kedua di DIY. “Urutan pertama masih Kabupaten Sleman,” kata Kanit Laka Satlantas Polres Bantul Iptu Amir Mahmud.

Dari sekian banyak kasus laka lantas yang memakan korban paling banyak diakibatkan oleh tabrakan antara sepeda motor. Amir tidak menyangkal jika sekian banyak korban adalah pelajar. “Anda bisa lihat sendiri di jalanan, anak-anak SMP zaman sekarang sudah dibebaskan orangtuanya mengendarai sepeda motor,” ujarnya.

Dilematis
Namun, untuk memberlakukan aturan secara tegas terhadap anak di bawah umur yang belum mengantongi Surat Izin Mengemudi (SIM), Amir mengaku masih dilematis. Pasalnya, angkutan umum di Bantul sendiri jumlahnya sangat minim. “Bahkan, dapat dikatakan hampir punah,” tandas Amir.

Dia mencontohkan, seusai memberikan sosialisasi di SMP N 3 Imogiri, belum lama ini, sejumlah murid mengaku terpaksa mengendarai motor karena tidak adanya angkutan umum.

Kalau harus berangkat ke sekolah dengan sepeda onthel, jarak dari rumah ke sekolah cukup jauh. Belum lagi ditambah jalan yang naik turun bukit. “Kalau mereka dilarang bawa sepeda motor, bisa jadi orangtuanya minta pada polisi agar mengantar jemput anaknya,” tugas Amir.

Sedang di Kulonprogo selama Januari hingga April 2012, cukup tinggi. Korban meninggal akibat kecelakaan lalu lintas selama empat bulan itu mencapai 20 orang, luka berat dua orang dan luka ringan mencapai 201 orang, dengan kerugian material mencapai Rp139,5 juta.

Sementara selama 2011, Unit Laka Satlantas Kulonprogo mencatat terdapat penurunan kasus kecelakaan lalu lintas dibandingkan 2010. Namun, untuk korban meninggal dunia juga mengalami peningkatan. Selama 2010 terjadi 452 kasus melibatkan berbagai jenis kendaraan, dengan korban tewas mencapai 47 jiwa, luka berat sebanyak 74 jiwa, luka ringan mencapai 892 jiwa. Total kerugian materi kasus kecelakaan lalu lintas saat itu mencapai Rp209 juta.

Selama 2011, Unit Laka Satlantas mencatat sebanyak 379 kasus lakalantas. Namun, untuk korban tewas mengalami peningkatan, yakni 58 jiwa, luka berat sebanyak 34 jiwa, luka ringan mencapai 642 jiwa dengan total kerugian materi sebesar Rp216 juta.

Kasat Lantas Polres Kulonprogo, AKP Dedi Surya Dharma mengatakan sepeda motor mendominasi kecelakaan yang terjadi. “Volume kendaraan di jalan raya meningkat, sehingga tingkat kerawanan terjadinya lakalantas pun juga meningkat,” katanya. O Harian Jogja/

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya