Jogja
Senin, 29 Februari 2016 - 11:19 WIB

KASUS KRIMINAL DI JOGJA : Penipuan dan Penggelapan Paling Sering Terjadi

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Dok)

Kasus kriminal di Jogja paling sering terjadi adalah kasus penipuan dan penggelapan

Harianjogja.com, SLEMAN – Jenis kejahatan berupa penipuan penggelapan atau perbuatan curang rupanya berada di peringkat pertama di Polda DIY. Begitu juga dengan di wilayah hukum Polres Sleman, beberapa kali kasus serupa dalam skala besar terjadi.

Advertisement

Patut diwaspadai, karena latar belakang dan modus pelaku sangat beragam dengan terang-terangan melakukan kejahatan tersebut.

Berdasarkan data Bidang Humas Polda DIY, kasus penipuan penggelapan tahun 2014 tercatat 1.156 laporan untuk seluruh DIY. Dari angka itu bisa terungkap sebanyak 442 laporan. Kemudian meningkat menjadi 1.548 laporan ditahun 2015 dan terungkap 447 kasus.

Secara khusus Polres Sleman selama 2015 menerima 262 laporan kasus penipuan dan 395 laporan untuk kasus penggelapan. Jenis kejahatan ini selalu menempati rangking pertama di DIY bertahun-tahun, di atas pencurian, penganiayaan, narkoba, KDRT dan perjudian.

Advertisement

Kasatreskrim Polres Sleman AKP Sepuh Siregar menjelaskan, hampir sebagian besar laporan penipuan disertai dengan penggelapan. Pihaknya tentu mengedepankan profesionalisme dalam menangani setiap laporan dengan tanpa pandang bulu.

“Jumlah laporan cukup tinggi memang, tapi ungkap kasusnya juga saya kira sudah sangat maksimal, beberapa kali kita ungkap,” terangnya, Minggu (28/2/2016).

Menurutnya, dari identifikasi ratusan laporan penipuan modusnya sangat beragam. Mulai dari bertemu langsung atau dikenal dengan konvensional hingga pada penipuan secara online.

Advertisement

Pelaku dan korban sebelumnya tidak saling kenal. Tetapi tidak sedikit penipuan terjadi antara pelaku dan korban justru sudah kenal dekat. Selain itu, ada pula dengan modus investasi, dimana pelaku menunjukkan berkas tertentu bahkan dari suatu instansi agar korban percaya untuk memberikan investasi.

“Ini biasanya korban orang terdekat, awalnya modal kepercayaan saja, tapi kemudian merasa tertipu dan lapor,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif