SOLOPOS.COM - Korban miras yang mengalami kelumpuhan, Budi, 26, saat dirawat di ruang Alamanda RSUD Sleman Senin (15/12/2014). (JIBI/Harian Jogja/Sunartono)

Salah satu dari lima korban akibat miras oplosan sempat merasakan kelumpuhan. Ia adalah Budi. Pria kelahiran 1988 yang masih menjalani perawatan di RSUD Sardjito. Berikut laporan wartawan Harianjogja.com, Sunartono.

Sekitar pukul 12.00 WIB kemarin dua korban miras yakni Budi dan Triyadi masih menjalani perawatan intensif di ruang Alamanda, RSUD Sleman. Triyadi berada di bangsal sebelah kiri Budi. Keduanya disekat oleh kain penutup ruangan.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Tim dokter menguras tenaga dan pikiran untuk menyelamatkan nyawa Triyadi. Sejumlah ventilator dipasang di berbagai titik tubuhnya. Dengan harapan agar napas masih berjalan. Tapi pada akhirnya sekitar pukul 14.30 WIB, nyawa Triyadi tak dapat diselamatkan.

Triyadi dan Budi berteman baik. Keduanya sama-sama menjadi penjaga malam di tempat usaha kawasan Jalan Magelang. Karena pertemanan itu pula keduanya pesta miras bersama hingga akhirnya menghasilkan duka. Triyadi dan kakaknya, Abdul Wahid tewas.

Budi sendiri masih terkapar hingga kemarin. Dokter memasang sebuah selang di hidungnya. Ia tampak berusaha meronta. Tetapi apalah daya ia mengalami kelumpuhan. Budi sudah tidak bisa muntah lagi. Dokter terpaksa memasang selang itu untuk mengeluarkan cairan yang mengandung alkohol di dalam tubuhnya.

Bahkan saat petugas dari Polsek Sleman yang mencoba bertanya pun ia hanya bisa menjawab dengan beberapa patah kata. Entah berapa botol miras oplosan yang ditenggak Budi. Hingga ia lemas tak berdaya.

“Saya lupa [minum berapa],” ujar Budi saat ditanya perihal jumlah miras yang konsumsi kemarin.

Ia hanya bisa meringis menahan rasa sakit yang ada di dalam tubuhnya. Dokter penyakit dalam memeriksa Budi yang tercatat sebagai pasien keracunan alkohol.

Pada siang kemarin ia ditunggu oleh kerabatnya yang bernama Surahman. Berdiri di pojokan sempit ruangan, Surahman setia merawat keponakannya.

Surahman mengantarkan Budi setelah mengeluh mual pada Senin (15/12/2014) pagi. Setelah mual dan muntah hanya sedikit. Lalu disusul dengan tubuh yang lemah. Perlahan tapi pasti Budi seperti menderita kelumpuhan.

Berbeda dengan kebanyakan korban miras yang mengalami kebutaan. Miras yang dikonsumsi Budi dan kawan-kawan lebih menyerang otot pergerakan tubuh. Sehingga mengalami kelumpuhan tetapi penglihatan masih normal. Entah zat kimia apa saja yang dimasukkan oleh pengoplos ke dalam miras itu.

“Kalau penglihatan bagus, hanya lemah tidak punya daya seperti lumpuh,” ujar Surahman saat menunggu Budi.

Rahman, sapaan akrab, pun merasa khawatir dengan kondisi keponakannya. Karena sudah ada nyawa melayang akibat jenis minuman yang juga sama dengan yang dikonsumsi Budi.

Harapan terbesar dari keluarga yakni agar dapat diselamatkan. Karena sudah memasuki usia dewasa, keluarga tidak sepenuhnya selalu mengingatkan Budi. Ia sendiri tidak mengetahui pasti sejak kapan Budi hobi mengonsumsi miras.

“Memang dia ikut sama teman, mungkin habis jaga malam. Setelah minum awalnya biasa-biasa saja tapi pagi tadi tiba-tiba lemah,” urainya.

Selain kebutaan memang miras oplosan dapat menyebabkan kelumpuhan. Direktur RSUD Joko Hastaryo mengakui hal itu. Kelumpuhan akibat miras seperti dialami Budi karena partikel yang dikonsumsi sudah menyerang otot.

Terutama yang meninggal biasanya sudah mengarah ke otot jantung. Sedangkan untuk yang mengalami kelumpuhan, biasanya otot sudah tidak kuat untuk memuntahkan.

“Jadi kalau bisa muntah berarti alkohol bisa dikeluarkan. Kalau yang merasakan lumpuh itu, kelumpuhannya mengarah ke otot anggota gerak badan. Kemudian yang meninggal itu ke otot jantung,” ungkap Joko.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya