Jogja
Sabtu, 4 April 2015 - 21:20 WIB

KASUS NATA DE COCO BERBAHAN PUPUK ZA : Ini Alasan Petani Pilih ZA

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Seorang karyawan menyiapkan loyang tempat adonan biang nata de coco di pabrik pembuatan nata de coco Dusun Sembuh Lor, Sidomulyo, Godean, Sleman, Selasa (31/3/2015). (Sunartono/JIBI/Harian Jogja)

Kasus nata de coco berbahan pupuk ZA tidak hanya terjadi di Sleman. Meski menggunakan bahan tersebut, jumlah takaran sesuai dengan aturan yang berlaku.

Harianjogja.com, SLEMAN-Produsen nata de coco atau biasa disebut petani nata di DIY mengakui menggunakan pupuk ZA sebagai bahan campuran produk olahan tersebut. Namun campuran disebut petani nata sesuai dengan aturan yang berlaku.

Advertisement

Salah satu petani nata di DIY, Heri Supratikno menjelaskan memproduksi nata sejak 2002. Sejak itu pula dia selalu menggunakan pupuk ZA dan tidak ada yang mempersoalkan. Kandungan amonium sulfat diambil hanya dari pupuk ZA dan Dinas Pertanian yang menaunginya tidak mempersoalkan hal tersebut.

Ia pernah mencoba mengganti amonium sulfat dengan amonium fosfat sekitar dua tahun yang lalu. Tetapi amonium fosfat susah didapatkan dan tidak dijual di pasaran seiring dengan penyalahgunaan unsur kimia itu oleh sejumlah kelompok teroris.

“Jadi kami hanya bisa mengambil dari ZA, kami sebagai petani juga dibina oleh Dinas Pertanian,” ujarnya, Jumat (3/4/2015) saat dihubungi melalui telepon.

Advertisement

Ditanya soal kemungkinan diganti dengan ZA food grade, hal itu tidak bisa dilakukan karena bahan itu tidak beredar di Indonesia. Jika akan impor, tentu para petani kecil tidak akan mampu melakukannya. Karena itu para petani memilih tetap menggunakan kandungan ZA. Selain itu nata yang mengandung ZA sudah diuji oleh BUMN Sucofindo dan hasilnya unsur logam di dalamnya jauh di bawah ambang batas.

“Kami sudah menggunakan sesuai aturan itu bahwa hanya sekitar 0,3% saja. Seperti misalnya 100 liter air kelapa nanti kami campuri 300 gram ZA,” ujar Heri.

Heri berpendapat, petani nata justru menyelamatkan lingkungan. Alasannya, mampu memanfaatkan limbah air kelapa yang dapat merusak tanah. Para petani mengumpulkan air kelapa itu dari para penjual kelapa.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif