SOLOPOS.COM - Ilustrasi korban perdagangan manusia (Ilustrasi/acehtraffic.com)

Kasus trafficking masih terbilang tinggi, tetapi korban memilih tak melapor karena malu.

Harianjogja.com, KULONPROGO– Angka tenaga kerja yang keluar negeri mengalami peningkatan cukup tinggi dari tahun 2013 ke tahun 2014. Namun, penempatan tenaga kerja ke luar negeri masih dihantui perdagangan manusia atau human trafficking.

Promosi Santri Tewas Bukan Sepele, Negara Belum Hadir di Pesantren

Staf Pengantar Kerja Dinsosnakertrans Kulonprogo Tri Iswanti menambahkan, meski minat tenaga kerja ke luar negeri cukup tinggi. Namun, cukup banyak tenaga kerja yang berangkat dari jalur tidak resmi maupun melalui penyelenggara penempatan tenaga kerja di daerah lain. Hal itu juga menjadi persoalan yang rumit dan sulit untuk dikendalikan. Pasalnya, tak sedikit calon tenaga kerja yang tertipu, bahkan menjadi korban human trafficking.

“Tahun 2013 lalu, ada empat sampai lima kasus yang masuk dalam laporan kami. Tahun lalu dan saat ini belum ada. Persoalannya terkadang mereka yang menjadi korban ini tidak mau melapor, mungkin karena malu,” papar Tri, Kamis (19/3/2015).

Tri mengakui, pengawasan dan pengendalian terhadap kasus tersebut memang tidak mudah. Namun, upaya yang dapat dilakukan, yakni melalui sosialisasi dan jemput bola untuk mengetahui kemungkinan terjadinya kasus itu. Monitoring difokuskan di kantong-kantong TKI.

“Terutama pengawasan di kantong-kantong TKI, seperti Desa Jangkaran Temon, Kecamatan Kokap dan Kecamatan Galur. Karena umumnya, para makelar tenaga kerja melakukan penawaran kerja secara door to door, jadi hal itu cukup sulit diawasi,” tandas Tri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya