SOLOPOS.COM - Ribuan pecinta sepeda onthel dari berbagai daerah di Indonesia mengayuh sepeda saat kirab, dalam gelaran Jogja Republik Onthel (JRO) 2017 seperti terlihat saat melintas di kawasan Nol Kilometer, Kota Jogja Minggu (22/10/2017). Sedikitnya 3000 onthelis (sebutan untuk penggemar sepeda dan pengguna sepeda onthel) menghadiri acara yang dipusatkan di Museum Benteng Vrederburg pada 21 Oktober dan 22 Oktober 2017. (Desi Suryanto/JIBI/Harian Jogja)

Pemkot dinilai setengah hati lindungi pesepeda

Harianjogja.com, JOGJA— Peneliti Pusat Studi Transportasi dan Logistik, Universitas Gadjah Mada (Pustral UGM), Juhri Iwan Agriawan menyatakan, butuh komitmen Pemerintah Kota Jogja untuk mewujudkan Jogja sebagai kota sepeda. Tanpa komitmen, pengendara sepeda tidak pernah terlindungi.

Promosi Ongen Saknosiwi dan Tibo Monabesa, Dua Emas yang Telat Berkilau

Iwan menilai belum ada program berkesinambungan di Jogja yang mendorong warganya untuk mengendarai sepeda. “Jalur sepeda yang ada saat ini belum aman bagi pengendara sepeda dari sisi keselamatan, sehingga orang tua akan mikir dua kali ketika membiarkan anaknya bersepeda di jalan raya,” kata Iwan Senin (23/10/2017).

Ia membandingkan dengan kondisi kota di Belanda yang sudah menyediakan jalur khusus sepeda yang terpisah dengan kendaraan bermotor. Tidak hanya itu, bahkan proteksi hukum ketika terjadi kecelakaan bagi pesepeda cukup tinggi sehingga orang merasa nyaman bersepeda.

Kondisi itu berbeda dengan jalur sepeda di Jogja yang masih campur dengan pengendara bermotor. Iwan melihat kebijakan transportasi Pemerintah Kota Jogja saat ini lebih fokus mengatur kendaraan bermotor bagaimana mengurai kepadatan lalu lintas. Sementara transportasi tanpa mesin masih belum total diperhatikan.

Dalam rekayasa lalu lintas jalan searah di Jalan Yohanes dan Jalan C Simanjuntak misalnya, Iwan berpendapat semestinya untuk sepeda tidak harus ikut-ikutan memutar, melainkan diberikan jalur khusus lawan arus yang aman dan nyaman. “Tapi itu tidak dilakukan sehingga jalan searah hanya mengedepankan kendaraan bermotor, tanpa memperhatikan pesepeda dan pejalan kaki,” ujar Iwan.

Menurut dia, meski tidak memungkinkan mengembalikan tradisi bersepeda seperti zaman dahulu, karena kendaraan bermotor yang terus bertambah, setidaknya ada keinginan kuat dari pemangku kebijakan untuk melindungi kendaraan tidak bermotor sehingga dalam program pengembangan transportasi kedepannya nanti akan terlihat.

Sejumlah komunitas sepeda di Jogja, dua hari lalu mendeklarasikan Jogja Republik Onthel di Benteng Vredeburg. Deklarasi yang dihadiri Wakil Gubernur DIY Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Paku Alam X itu dihadiri seribuan orang dari berbagai kota.

Komunitas ini berharap masyarakat di Jogja kembali membiasakan diri bersepeda dalam kegiatan sehari-hari, terutama saat pulang pergi bekerja dan sekolah. Namun penyelenggara acara sempat kecewa karena tidak ada perwakilan dari Pemerintahan Kota Jogja yang hadir. “Sudah saya undang,” kata Ketua Jogja Republik Onthel, Muntowil.

Wali Kota Jogja, Haryadi Suyuti menepis disebut tidak berihak pada pengendara sepeda. Pihaknya sangat mendukung apa yang dilakukan komunitas pesepeda. Dirinya juga berupaya menambah sejumlah fasilitas untuk mempermudah pesepeda, seperti jalur khusus, tempat parkir sepeda.

Namun memang diakuinya jalur sepeda masih harus berbagi dengan kendaraan bermotor karena keterbatasan jalan, “Konsepnya berbagi jalan,” kata Haryadi di DPRD Kota Jogja, kemarin.

Data Dinas Perhubungan Kota Jogja sebanyak 60% dari ruas jaln di Kota Jogja sudah tersedia jalur khusus sepeda yang ditandai dengan cat warna kuning. Jalur tersebut di sisi kiri kendaraan bermotor. Selain itu dari 58 simpang jalan, sebanyak 80% sudah disediakan tempat pemberhentian khusus sepeda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya