SOLOPOS.COM - Bupati Bantul Suharsono saat memimpin pemukulan tiang pancang proyek pembangunan pabrik pertama di Kawasan Industri Piyungan, Desa Srimulyo, Rabu (18/1/2017) pagi. (Arief Junianto/JIBI/Harian Jogja)

Kawasan Industri Piyungan akhirnya mulai dibangun.

Harianjogja.com, BANTUL — Pembangunan fisik Kawasan Industri Piyungan di Desa Srimulyo seluas 100 hektar resmi dimulai.

Promosi Primata, Permata Indonesia yang Terancam Hilang

Mengambil lokasi di Dusun Cikal Desa Srimulyo Kecamatan Piyungan, sebuah pabrik kemasan yang masih dirahasiakan namanya, resmi dibangun. Peletakan batu pertama pembangunan pabrik di area seluas kurang lebih 7 hektar itu dipimpin langsung oleh Bupati Bantul Suharsono, Rabu (18/1/2017) pagi.

Baca Juga : KAWASAN INDUSTRI PIYUNGAN : Pembangunan Tahap Pertama Dimulai, Pabrik Ditarget Serap 70.000 Tenaga Kerja)

Eddy Margo Ghozali, Direktur PT Yogya Inti Parama selaku pihak pengembang dan pengelola KIP menyampaikan tak hanya menyiapkan kawasan industri berpolutan rendah yang berbasis padat karya, dalam kawasan itu pihaknya juga mengklaim telah menyiapkan kluster khusus Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Hanya saja, lantaran semua hasil produksi dari industri nantinya akan diekspor, pihaknya perlu mencari UMKM yang sudah siap untuk itu.

“Kami sudah siapkan program pendampingan untuk mereka juga,” ucapnya, Rabu (18/1/2017)

Terkait itu, Bupati Bantul Suharsono menegaskan, bicara KIP bukan saja terkait dengan pembangunan kawasan industri sekaligus pembebasan lahannya saja. Lebih dari itu, ia berharap pihak pengelola kawasan juga memikirkan bagaimana cara menyiapkan masyarakat Bantul, khususnya Piyungan. “

Itu karena nantinya, masyarakat kan harus terlibat dalam KIP, baik secara langsung maupun tidak,” katanya.

Itulah sebabnya, ia berharap kepada warga dan pihak-pihak terkait untuk tidak mempersulit langkah pemerintah dan PT YIP dalam menyiapkan program-programnya. Diharapkannya, warga bisa lebih kooperatif agar pembangunan KIP bisa terlaksana.

Bermasalah

Harapan Bupati itu memang menyiratkan masih adanya persoalan yang mengganjal kelanjutan pembangunan kawasan seluas total 335 hektar tersebut. Sebut saja misalnya, adanya beberapa warga peternak di Pedukuhan Prayan, Desa Srimulyo yang masih belum bersedia direlokasi.
“Akhir tahun lalu, kami menerima surat perintah pengosongan kandang dari PT YIP. Jujur ini membuat kami resah,” katanya saat dikonfirmasi terpisah.

Dijelaskannya, sejak awal para peternak sudah sepakat untuk menolak rencana relokasi itu. Para peternak dinilainya sudah terlanjur nyaman dengan lokasi kandang sekarang. Ia khawatir jika harus dipindah, hal itu bisa memengaruhi aktivitas para peternak.

Itulah sebabnya, ia berharap pihak terkait, terutama dari PT YIP segera melakukan sosialisasi dan klarifikasi terkait rencana itu. Bahkan dengan tegas Suhono tak akan mengindahkan beragam tawaran agar pihaknya bersedia direlokasi. Ia menganggap tawaran-tawaran itu hanya akal-akalan pihak investor untuk mengusir peternak dari kandang komunal yang sudah mereka miliki sejak 20 tahun silam itu.

Menurut Suhono, penolakan anggotanya itu cukup masuk akal. Pasalnya, sejak lahan seluas 2.000 meter persegi milik Desa Srimulyo itu ditempati para peternak, tingkat perekonomian warga memang cenderung membaik.

Budi Haryanto misalnya. Salah satu peternak anggota Karya Makmur itu mengaku bisa mendapatkan uang belasan juta rupiah dalam waktu setidaknya 1,5 tahun dari hasil menjual anakan sapi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya