SOLOPOS.COM - Pengunjung melihat mebel yang dipamerkan dalam Jogja International Furniture and Craft Fair Indonesia (Jiffina) 2016 di Jogja Expo Center (JEC), Minggu (13/3/2016). (Bernadheta Dian Saraswati/JIBI/Harian Jogja)

Sebagai kawasan hutan tropis, Indonesia memiliki sumber kayu yang melimpah

Harianjogja.com, JOGJA-Sebagai kawasan hutan tropis, Indonesia memiliki sumber kayu yang melimpah. Agar mampu bersaing dengan negara penghasil kerajinan kayu lainnya, Indonesia perlu mampu meningkatkan daya kreativitasnya.

Promosi 204,8 Juta Suara Diperebutkan, Jawa adalah Kunci

Salah satu pengusaha kerajinan  kayu yang juga menjabat sebagai Ketua Forum Asosiasi Pengusaha Mebel Indonesia (Asmindo) Jawa-Bali Timbul Raharjo mengatakan, dengan sumber kayu yang dimiliki Indonesia seharusnya menjadi kesempatan bagi perajin untuk mengasah daya kreativitasnya. Jangan sampai produk kayu yang dihasilkan sama dengan negara lain.

“Kita semakin kreatif harusnya karena barang-barang yang kreativitasnya tinggi mempunyai daya jual yang baik,” katanya, belum lama ini.

Saat ini, aturan pemerintah terkait ekspor impor sangat rigit. Belum lagi terkait perpajakannya. Di tengah tantangan itu, perajin harus mampu menciptakan model kerajinan yang berbeda dari yang lain serta harus bisa menghasilkan produk yang berkarakter agar usahanya tidak semakin terhambat.

Menurut Timbul, perajin harus jeli melihat template tren dunia mebel untuk melihat seberapa jauh model yang sedang berkembang saat ini. Model yang berkembang itu dapat ditorehkan dalam sebuah produk kerajinan yang diolah dengan daya kreativitasnya. “Kalau modelnya jadul [jaman dulu] dan ikutan-ikutan mana mungkin kita akan dilirik,” katanya.

Selama ini, hasil kerajinan dari kayu atau mebel dari Jogja sudah banyak mendapat tempat di hati orang asing. Hal tersebut terbukti dengan saat digelarnya pameran furniture kelas internasional di Jogja (Jiffina), banyak buyer dari luar negeri yang berdatangan untuk membeli secara langsung dari perajinnya.

Tidak hanya kreativitas, kesadaran terhadap regulasi perkayuan dan permebelan juga perlu dimiliki para perajin. Regulasi pemerintah tentang Sistem Verifikasi dan Legalitas Kayu (SVLK) menurutnya perlu dipandang dari sisi positifnya agar industri permebelan di Jogja semakin berdaya saing.

Beberapa negara penerima produk kerajinan kayu juga ada yang mensyaratkan ketentuan SVLK tersebut sebelum produk kayu masuk di negaranya. Hal  ini penting dipahami perajin di Indonesia untuk melengkapi hasil karyanya dengan aspek legalitas.

Timbul optimistis industri kayu dan mebel di Jogja semakin baik. Data Badan Pusat Statistik (BPS) DIY juga mencatat adanya pertumbuhan nilai ekspor produk kayu dan barang dari kayu pada Mei 2017.

Kepala BPS DIY JB Priyono mengatakan, jika dibandingkan April 2017, nilai ekspor kayu dan barang dari kayu pada Mei 2017 mengalami kenaikan 23,51%. “April itu US$ 1,274 juta sementara Mei US$1,573 juta,” katanya.

Komoditas kayu menurutnya banyak dikirim ke negara Jerman dengan persentasi 14,55%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya