SOLOPOS.COM - Salah satu titik api di hutan jati yang ada di kawasan Dusun Plencing, Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Rabu (16/9/2015) siang. (JIBI/Harian Jogja/Arief Junianto)

Kebakaran Bantul terjadi di sebuah hutan jati.

Harianjogja.com, BANTUL-Titik kebakaran lahan dan hutan di Bantul terus meluas. Setidaknya, sepanjang bulan September, kebakaran lahan dan hutan sudah terjadi di enam titik yang berbeda. Bahkan ketika Harianjogja.com, mendatangi lokasi sisa kebakaran hutan di kawasan Dusun Plencing, Rabu (16/9/2015), api masih muncul di titik yang berbeda.

Promosi Kanker Bukan (Selalu) Lonceng Kematian

Dari catatan Satgas Pemadam Kebakaran (Damkar) Bantul, sepanjang Selasa (15/9/2015), setidaknya terjadi kebakaran lahan dan hutan di tiga titik yang berbeda. Selain di Dusun Plencing itu, kejadian kebakaran lahan dan hutan juga terjadi di dua titik lainnya, yakni di Dusun Giriloyo, Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, dan Dusun Gempolan, Desa Trirenggo, Kecamatan Bantul.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul Dwi Daryanto menuturkan, kebakaran hutan di kawasan Dusun Sindet itu terbilang cukup besar. Pasalnya, dalam waktu beberapa jam saja, api telah berhasil menghanguskan lebih dari dua hektar lahan yang berstatus tanah Sultan Ground itu.

Lantaran lokasinya yang ada di tengah hutan dengan derajat kemiringan yang curam, maka proses pemadamannya pun diakuinya hanya bisa dilakukan secara manual saja. Lebih dari 25 orang warga ikut memadamkan dengan teknik gopyokan. Menurutnya, teknik itu cukup efektif untuk melokalisir penyebaran api, sehingga api pun bisa lebih mudah dipadamkan.

“Waktu itu, butuh sekitar empat jam untuk memadamkan apinya,” kata Dwi saat ditemui di kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul, Rabu (16/9/2015).

Memang, dalam upaya pemadaman kebakaran hutan, peran serta masyarakat menjadi sangat penting. Pasalnya, armada yang dimiliki oleh Satgas Damkar Bantul jelas tak akan mampu berbuat banyak di kawasan dengan kontur perbukitan.

Itulah sebabnya, pihaknya terus melakukan sosialisasi dan peningkatan kemampuan masyarakat dalam tanggap darurat kebakaran. Ia berharap, warga bisa lebih sigap mengambil tindakan saat terjadi kebakaran. “Baik permukiman maupun lahan,” tegas Dwi lagi.

Hal itu dibenarkan oleh Gholib, warga Dusun Plencing. Warga yang rumahnya hanya berjarak tak lebih dari 2 kilometer saja dari lokasi kebakaran itu mengaku, kawasan hutan yang ada di sekitar rumahnya itu memang kerap terbakar, terutama ketika musim kemarau seperti sekarang ini.

Setidaknya, dalam waktu sebulan terakhir, sudah lebih dari 3 titik api yang muncul di kawasan hutan tersebut. Ia menduga titik api itu muncul lantaran ulah seseorang yang tidak sengaja membuang sumber api ke tumpukan daun kering. “Karena kalau musim kemarau, daun-daun jati kan meranggas. Daun yang kering itulah yang sangat mudah memicu besarnya api,” tuturnya.

Diakuinya pula kebakaran yang terjadi Selasa (15/9/2015) itu merupakan yang terbesar di tahun ini. Kebakaran besar lainnya dikatakannya pernah terjadi pada tahun 2005 silam. Ketika itu, api melahap habis belasan hektar lahan hutan di sisi utara rumahnya. “Kalau yang sekarang kan di sisi barat rumah saya,” ucapnya.

Saat ditanya mengenai kerugian, pria yang juga merupakan anggota Kelompok Tani Makmur Desa Wukirsari itu mengakuui, akibat kebakaran yang terjadi Selasa (15/9/2015) itu, kerugian bisa mencapai puluhan juta. Pasalnya, di lahan yang terbakar itu, banyak tanaman jati yang mati. “Pohon-pohon jati itu umurnya sekitar 5 tahunan,” imbuh Gholib.

Selain di Dusun Sindet, kebakaran serupa juga melanda lahan milik salah seoran warga Dusun Giriloyo. Sukardi, salah satu warga setempat mengakui, meski tak menjalar begitu luas, namun kabarnya api telah melahap sebagian kandang milik seorang warga. “Katanya sih sampai ada beberapa ekor ayam yang mati,” ucapnya.

Kerugian ratusan juta rupiah
Terpisah, Komandan Satgas Damkar Bantul Yohannes Widiatmoko mengakui, selama dua bulan tersebut, kerugian materi akibat kebakaran, baik lahan maupun permukiman sudah mencapai ratusan juta rupiah. Ia menduga, nominal kerugian materi itu masih berpotensi untuk bertambah. Hal itu lantaran pihaknya hanya melakukan pengkalkulasian secara kasar saja. “Kalau dihitung detail ya bisa lebih. Tapi itu bukan ranah kewenangan kami,” tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya