Jogja
Selasa, 10 November 2015 - 21:20 WIB

KEBAKARAN HUTAN : Pemilik Lahan Merugi, Ganti Rugi Tak Pasti

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kebakaran lahan di tebing Kali Opak. (JIBI/Harian Jogja/Bernadheta Dian Saraswati)

Kebakatan hutan menyebabkan pemilik lahan merugi, namun ganti rugi masih belum pasti

Harianjogja.com, BANTUL- Gholib, salah satu pemilik hutan asal Dusun Sindet, Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri menjelaskan, pasca kebakaran yang melanda hutan jati miliknya di kawasan Dusun Plencing, Desa Wukirsari, ia mengaku menderita kerugian hingga puluhan juta rupiah.

Advertisement

Pasalnya, dari total dua hektar lebih lahan yang terbakar, beberapa batang pohon jati miliknya yang berusia masih di bawah lima tahun ikut terbakar.

Padahal, jika pohon itu masih berusia di bawah 5-7 tahun, kemungkinan untuk tetap hidup setelah terbakar, sangat kecil. Sedangkan di lahan miliknya, ia mengaku, setidaknya ada lebih dari 40% pohon jati yang baru ditanamnya sekitar empat tahun.

Lantaran peristiwa kebakaran itu terjadi hampir setiap tahun, ia pun tak lagi mempersoalkan kerugian itu. Ia menyadari, wilayah yang ia tanamani pohon jati itu termasuk zona yang rawan kebakaran hutan. “Lagipula, kalau mau minta ganti rugi, ya minta kepada siapa,” keluhnya.

Advertisement

Keluhan itu sebenarnya sudah ia sampaikan kepada pemerintah desa (Pemdes) Wukirsari melakui kelompok tani. Namun, hingga kini pihaknya belum pernah mendapatkan jawaban yang memuaskan.

Untuk itu, pihaknya hanya bisa melakukan pengawasan secara mandiri saja di kawasan sekitar hutan miliknya. Ia menduga, kebakaran itu berasal dari ulah pengunjung hutan yang membuang puntung rokok sembarangan.

Terpisah, Komandan Regu Unit Penanggulangan Bencana Kebakaran (PBK) Bantul Yohannes Widiyatmoko membenarkan, tahun 2015 ini, kejadian kebakaran di Bantul memang terbilang tinggi.

Advertisement

Jika dibandingkan tahun lalu, angka kejadian kebakaran di tahun 2015 ini nisa mencapai dua kali lipat. Sepanjang musim kemarau, tepatnya bulan Agustus hingga awal November, sudah terjadi kebakaran hutan dan lahan sebanyak 29 kali. “Mayoritas terjadi di wilayah Bantul bagian timur,” kata Yohannes.

Adapun untuk kerugian, ia pun mengaku belum melakukan penghitungan secara rigid. Pasalnya, kewenangan yang ada di pihaknya memang sebatas melakukan pemadaman saja. “Kalaupun kami menghitung angka, itu hanya sekadar estimasi saja,” katanya.

Sementara terkait dengan jumlah luasan, ia menuturkan, masing-masing kejadian memiliki luasan yang beragam. Hanya saja di beberapa titik memang sampai ada yang mencapi 1-6 hektar. “Kalau ditotal ya bisa mencapai puluhan hektar,” aku Yohannes.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif