SOLOPOS.COM - Pengurus dan para santri menunaikan salat jenazah bagi almarhum Nidzom Al Kafi, Rabu (6/1/2016).(Uli Febriarni/JIBI/Harian Jogja)

Kebakaran pondok pesantren di Gunungkidul menyebabkan seorang santri tewas

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL- Nidzom Al Kafi, korban meninggal dunia bencana kebakaran yang terjadi di asrama Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Qur’an Wal Irsyad, pada Rabu (6/1/2016) dini hari, dikenal keluarga sebagai anak yang sudah ingin masuk Ponpes, sejak ia kecil.

Promosi Jaga Jaringan, Telkom Punya Squad Khusus dan Tools Jenius

(Baca juga : KEBAKARAN PONDOK PESANTREN : Ponpes Terbakar, Seorang Santri Meninggal Terpanggang)

Pagi itu suara lantunan surat yassin yang dibacakan para santri Ponpes Darul Qur’an Wal Irsyad, Ledoksari, Kepek, Wonosari menggema di sebuah aula. Aula ini sendiri terletak sekitar 200 meter dari gedung asrama Ponpes.

Sekitar pukul 07.35 WIB, lantunan surat berjumlah 83 ayat itu terhenti. Kemudian para pengurus Ponpes, santri dan sejumlah pelayat masuk ke dalam aula. Tak lama berselang, mereka menunaikan salat jenazah berjamaah.

Tepat pukul 07.58 WIB, mobil ambulans Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari tiba di depan aula, peti yang berisikan jenazah almarhum Nidzom, kemudian diangkat dan dimasukkan ke dalam ambulans. Sirine berbunyi, mobil berwarna kuning itu melaju menuju kediaman Nidzom di Bantul. Rencananya jenazah akan dikebumikan pada pukul 16.00 WIB.

Salah seorang kerabat korban, Muhammad Thohari pagi itu datang ke ponpes dengan setelan batik dan kopiyahnya. Menurutnya, Nidzom bukanlah anak yang menonjol di antara keluarganya. Putra pertama di dalam keluarga itu, juga dikenal tidak terlalu pendiam.

“Hanya saja entah kenapa dia sudah sejak kecil ingin ‘mondok’, jadi dia memang saat Sekolah Dasar (SD) sudah mondok di salah satu pesantren di Jejeran, Bantul. Dan kemudian Sekolah Menengah Pertama atau Madrasah [Madrasah Tsanawiyah] ia pindah ke sini,” terang lelaki yang tinggal di Ngunut, Playen tersebut.

Selain itu, ketika liburan, keponakannya yang saat berpulang berusia 14 tahun itu juga selalu menyempatkan diri mengunjungi keluarga di Ngunut, Playen.

“Sering ketemu dengan dia [Nidzom], anaknya baik, bagus. Dan ia meninggal dalam kondisi baik, bahkan setahu saya, bantal yang ia gunakan untuk tidur menyangga kepala, tidak terbakar,” sebut Thohari lagi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya