SOLOPOS.COM - Ilustrasi daging ayam (JIBI/Harian Jogja/Antara)

Kenaikan harga saat ini dipicu dari kenaikan harga pangan pada November 2015.

 

Promosi Piala Dunia 2026 dan Memori Indah Hindia Belanda

Harianjogja.com, JOGJA—Kenaikan harga daging ayam broiler hingga mencapai titik Rp40.000 disebabkan pengurangan produksi yang dilakukan oleh peternak ayam di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Ketua Asosiasi Peternak Ayam Yogyakarta (Apayo) Hari Wibowo mengungkapkan, kenaikan harga saat ini dipicu dari kenaikan harga pangan pada November 2015. Saat itu, harga jagung yang biasanya Rp3.000 hingga Rp3.200 per kg naik menjadi Rp5.500 per kg sehingga harga pakan naik. Pada Desember 2015, harga pakan kembali naik menjadi Rp7.500 per kemasan.

“Biaya produksi jadi mahal, ditambah harga kutuk [anakan ayam] juga naik. Padahal, saat itu, harga daging ayam di pasaran masih Rp26.000 per kg, sedangkan harga pokok produksi Rp29.000 hingga Rp30.000,” ungkap dia kepada Harian Jogja, Rabu (13/1/2016).

Hari menyebutkan, karena tidak mau merugi terus-terusan, peternak pun bersepakat mengurangi produksi sekitar 20%. Ia menjelaskan, pengurangan produksi sebetulnya merupakan langkah penundaan produksi. Kemungkinan, kondisi akan kembali normal kembali pada akhir Januari. Setelah mengurangi produksi, persediaan pun berkurang sehingga harga di tingkat peternak mencapai Rp33.000 hingga Rp34.000 per kg. Hal itulah yang dimanfaatkan penjual untuk menaikkan harga hingga Rp40.000 per kg. “Sebetulnya, penjual menjual Rp35.000 per kg itu sudah untung. Tetapi, itu haknya pedagang.

Ia menyebutkan, ada sekitar 40 peternak inti yang aktif dan 500 hingga 600 peternak di DIY. Setiap hari, produksi ayam di DIY sekitar 100.000 hingga 120.000 ekor atau 150 ton hingga 180 ton daging ayam. “Kebutuhan per hari rata-rata ya segitu [150-180 ton], karena sementara ini enggak ada daging masuk dar luar. Justru daging dari DIY yang keluar sebesar 10 persen,” ujar dia.

Ia mengungkapkan, kalaupun ada daging yang masuk ke DIY, hal itu disebabkan ada pedagang yang menggemari ayam dengan berat 2 kg atau lebih. Ayam di DIY, rata-rata memiliki berat 1,5 kg hingga 1,7 kg.

Hari menyebutkan, kenaikan harga di awal tahun termasuk keanehan. Selama ia menjadi peternak ayam sejak tahun 2000, ia belum pernah merasakan harga yang bagus di awal tahun. Ia berasumsi, hal itu disebabkan dari mahalnya harga pakan sehingga membuat biaya produksi naik sehingga memaksa peternak mengurangi produksi. “Biasanya sampai Hari Raya Imlek harga belum pernah bagus. Tahun ini kok bagus,” ujar dia.

Kepala Dinas Pertanian DIY Sasongko mengungkapkan, produksi daging ayam broiler pada 2015 sebesar 52.064,3 ton. Jumlah tersebut sesuai dengan kebutuhan di masyarakat. Adapun target produksi 2016 tidak jauh berbeda dengan 2015. Diharapkan, produksi bisa naik 2% hingga 3%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya