Jogja
Jumat, 2 Oktober 2015 - 11:25 WIB

KECELAKAAN SLEMAN : Suami Istri Korban Tabrakan Pajero Dikubur dalam Satu Liang

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Anak korban kecelakaan (memakai jilbab dan memegang kijing) seusai pemakaman di Condongcatur, Depok, Sleman, Kamis (1/10/2015) sore. (Harian Jogja/Sunartono)

Kecelakaan Sleman di Jombor menyebabkan suami istri tewas, mereka dikuburkan dalam satu liang

Harianjogja.com, SLEMAN- Sepasang suami istri di Sleman menjadi korban tabrakan saat pulang dari berjualan kuliner di Jalan Magelang, Mlati, Sleman. Pasutri ini harus berpisah dengan tiga anak perempuannya.

Advertisement

Entah berapa volume tetes air mata yang telah dikeluarkan dari kelopak mata remaja ini. Tak terukur lagi berapa besar sedih yang harus ditanggung akibat peristiwa itu. Tetapi di balik duka yang menempa hatinya, ia masih sempat berbuat baik untuk kedua orangtuanya yang telah tiada. Dengan meminta kepada siapapun agar memaafkan kedua orangtuanya dan mengharap doa agar kedua orangtuanya diberikan predikat khusnul khotimah di sisi-Nya.

Wujud berbakti itu dilakukan Yayas, anak pertama dari pasangan suami istri yang menjadi korban kecelakaan Mitsubishi Pajero, almarhum Yamilik dan almarhumah Aris Nurhayati. Keduanya dikubur dalam satu liang lahat dengan ukuran cukup lebar dengan masing-masing pusara terdapat penanda yang berbeda.

Yayas bangkit dari duduk setelah diberi kesempatan oleh pemuka agama yang memimpin doa. Dengan terbata-bata, mahasiswa UII ini mengungkapkan harapan kepada pelayat sesaat setelah kedua orangtuanya dihantarkan ke liang kubur di pemakaman Condongcatur, Depok, Sleman, Kamis (1/10/2015) pukul 16.00 WIB.

Advertisement

“Jika kedua orangtua kami punya salah tolong dimaafkan dan semoga khusnul khotimah,” ucap remaja berjilbab itu diiringi dengan lantunan amin oleh puluhan pelayat yang turut serta di pemakaman.

Selain Yayas, korban Yamilik dan Nurhayati meninggalkan dua anak perempuan lagi yaitu Gayuh yang duduk kelas 2 SMA serta Raras masih sekolah dasar. Gayuh yang memakai jilbab putih tak henti-hentinya mengusap kijing ayah dan ibunya yang berdampingan.

Anggota keluarga lainnya menunggu tidak kurang dari 10 menit saat Gayuh dan Yayas masih tetap ingin berada di dekat pusara kedua orangtuanya. Dengan tak henti-henti terisak, mereka seperti menolak ketika anggota keluarga lain mengajak untuk meninggalkan pusara. Seorang lelaki kemudian menenangkan dan memeluk Yayas untuk diajak meninggalkan pusara.

Advertisement

Beberapa jam sebelum kejadian remaja itu masih membantu kedua orangtuanya membuka warung kuliner di Jalan Magelang. Tetapi lalu pulang lebih dahulu karena dagangan sudah laris terjual. Barulah sekitar pukul 05.00 WIB korban Yamilik dan Nurhayati pulang mengendarai sepeda motor.

Tak seperti biasanya, dalam keseharian membuka warung selalu menggunakan mobil sebagai transportasi. Tetapi pagi itu seakan menjadi isyarat, bahwa keduanya akan berpisah dengan keluarganya lantaran mengendarai motor.

“Anaknya pulang dulu. Tidak seperti biasanya pakai mobil, tapi pagi itu motor,” ungkap salah satu anggota keluarga kepada Harian Jogja di pemakaman.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif