SOLOPOS.COM - DUKUNGAN -- Mural bertema dukungan atas status istimewa DIY terlihat di salah satu sudut jalan di Kota Jogja beberapa waktu lalu. (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Keistimewaan DIY, ribuan warga memperingati berdirinya Nagari Ngayogyakarta Hadiningarat.

Harianjogja.com, JOGJA – Ribuan warga Yogyakarta memadati Pagelaran Keraton Jogja, Jumat (20/3/2015) malam dalam rangka mengikuti acara puncak peringatan ke-268 berdirinya Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat.

Promosi Uniknya Piala Asia 1964: Israel Juara lalu Didepak Keluar dari AFC

Acara itu dibuka dengan tabuhan gending Gajah Endro ciptaan Sri Sultan Hamengku Buwono I, kemudian dilanjutkan dengan pembacaan tahlil, doa khataman Al-Quran dan mujahadah. Turut hadir mantan Ketua PBNU KH Hasyim Muzadi serta puluhan ulama. Sementara dari pihak keraton yang hadir, yakni adik kandung Sri Sultan Hamengku Buwono X, KGPH Hadiwinoto, GBPH Yudhaningrat, serta putri Sultan, GKR Pembayun.

Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam sabda dalem yang dibacakan oleh adiknya, KGPH Hadiwinoto mengatakan acara puncak malam peringatan itu memiliki makna melestarikan Kekhalifahan Jawa tanpa ada sekat.

“Untuk mengingat nasihat Kasultanan yang luhur, serta keteladanan para pendahulu dalam perwujudan kearifan Jawa,” kata Sultan.

Sultan mengatakan, dalam momentum peringatan itu seyogianya dapat mengingatkan masyarakat akan sejarah peradaban bangsa. Sebab sejarah, menurut dia, merupakan cermin paling jernih sebagai referensi untuk perubahan bangsa menjadi lebih baik.

“Apabila sebuah negara tidak memiliki filosofi dan budaya maka sesungguhnya bangsa tersebut tidak dapat mencerahkan kehidupan negaranya,” katanya.

Menurut Sultan melalui konsep “manunggaling kawula gusti” atau menyatunya hamba dan penguasa, diharapkan Keraton senantiasa menjadi jembatan antara penguasa dengan rakyat dengan mediasi komunikasi ulama dan pemerintah.

Melalui forum tersebut, kata Sultan, paling tidak Keraton Jogja senantiasa diingatkan atas dua tugas penting yakni tanggung jawab sebagai pemimpin dan penunjuk jalan.

“Dengan peran itu, seluruh kerabat Keraton harus memperjuangkan aspirasi tanpa membedakan kelompok, kasta, maupun gender sesuai fungsi sebagai pelayan rakyat,” kata Sultan.

Sebelumnya, rangkaian peringatan berdirinya Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat diawali dengan acara ziarah ke makam Raja di Imogiri Bantul oleh sentomo dalem, abdi dalem keprajan dan abdi dalem punokawan pada Kamis (19/3/2015). Kemudian malam harinya dilaksanakan Mujahadah Dzikrul Ghofilin di Masjid Gedhe Kauman, Jogja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya