Jogja
Rabu, 13 Agustus 2014 - 12:40 WIB

KEISTIMEWAAN DIY : Mengapa Lelang Heritage Keistimewaan Banyak yang Gagal?

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sejumlah pekerja mengecat bagian depan dan atap Pagelaran Keraton Ngayogyakarta, Sabtu (14/12/2013). Sejumlah perawatan bangunan keraton menggunakan Dana Keistimewaan mulai dianggarkan. Di pengujung 2013 pengecatan pada Pagelaran Kraton Kasultanan Yogyakarta yang merupakan wajah depan Kraton Ngayogyakarta mulai dilaksanakan. (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Harianjogja.com, JOGJA- Kebanyakan rehabilitasi bangunan cagar budaya yang didanai oleh dana keistimewaan (danais) gagal lelang, padahal mayoritas program keistimewaan diperuntukan untuk kegiatan fisik.

“Lelang fisik yang gagal separuh lebih,” ungkap Kepala Dinas Kebudayaan Gusti Bendara Pangeran Haryo Yudhaningrat, disela- sela Halal Bi Halal pejabat, tokoh masyarakat di Bangsal Kepatihan, Senin(11/8/2014) malam.

Advertisement

Ia menyebutkan gagal lelang itu di antaranya terjadi pada rencana rehabilitasi Taman Budaya di Kulonprogo senilai Rp 12 miliar, lalu rehabilitasi bangunan kraton yakni Bangsal Kencana dan Dalem Yudanageran.

“Gagal lelang karena enggak ada yang memenuhi syarat, kemudian dilakukan lelang ulang mereka tidak kembali lagi, pada takut,” ungkapnya.

Ketakutan peserta lelang itu karena untuk merehabilitasi bangunan Kraton harus memenuhi standar kesulitan seperti penyediaan kayu yang tua, belum lagi bentuknya harus sesuai dengan aslinya.

Advertisement

Permasalahan lainnya pun malah datang dari internal Kraton sendiri. Lantaran KGPH Hadiwinoto, Penghageng Panitikismo tak menyerahkan gambar rencana penataan Makam Raja- Raja Imogiri, Dinas Kebudayaan tak bisa menindaklanjutinya.

“Kata Mas Hadiwinoto sudah ada gambarnya, tapi sampai sekarang mau dipinjam untuk dibangun enggak diberikan,” ujarnya.

Ia mengaku tak mengetahui apa alasannya gambar itu ditahan oleh kakaknya sendiri itu, bahkan perencana yang mengambarnya juga  tertutup. Padahal, untuk merealisasikannya butuh waktu yang tidak sebentar, karena untuk membangunnya harus didahului analisa dampak lingkungan (amdal) seperti yang dihadapi Museum Budaya Gunung Merapi di Pakem saat ini.

Advertisement

Disbud merupakan intansi yang paling banyak digelontori danais yang kebanyakan untuk fisik. Gusti Yudha mengatakan dari total Rp523 miliar, Disbud dijatah Rp378 miliarnya sendiri. Dengan begitu selama tiga bulan terhitung dari Januari sampai Maret, menurutnya, Disbud harus menghabiskan Rp99 miliar dengan perhitungan danais yang harus dicairkan per harinya Rp1,5 miliar.

“Sekarang ini Dinas Kebudayaan baru menyerap Rp26 miliar,” ungkapnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif