SOLOPOS.COM - Ayahanda mendiang Ilham Bayu Fajar Apriandi, menunjukkan foto Ilham yang dinilainya sangat berkesan di hatinya, Rabu (15/3/2017). Bahkan salah satu dari foto tersebut [foto selfie] dikirimkan Ilham sendiri kepadanya lewat ponsel. (Uli Febriarni/JIBI/Harian Jogja)

Kekerasan Jogja, keluarga korban menceritakan keseharian Ilham

Harianjogja.com, JOGJA — Lima hari sudah Ilham Bayu Fajar Apriandi pergi. Hampir sepekan lalu, pelajar Kota Jogja ini tewas karena sabetan celurit di kawasan Balai Kota Jogja. Suasana duka masih terasa, di kediamannya. Sebelum pergi, Ilham yang genap berusia 17 tahun pada 19 April mendatang itu seakan menyampaikan sejumlah pesan sebelum Tuhan memanggilnya untuk pulang.

Promosi Iwan Fals, Cuaca Panas dan Konsistensi Menanam Sejuta Pohon

Saat menerima kedatangan kami, Tedy Efriansyah, ayah Ilham, seakan sudah terbiasa bertemu dengan awak media. Tutur kata ramah, wajah yang bersahabat menyambut kami yang datang di hari yang masih pagi, pada Rabu (15/3/2017). Setelah mengetahui nama media tempat kami bekerja, Tedy mempersilakan kami duduk di beranda rumahnya. Kursi kayu dengan alas busa, dan segelas air teh hangat yang disuguhkan, seakan menjadi pertanda bahwa obrolan kami akan berlangsung cukup panjang.

Obrolan diawali dengan curhat Tedy yang belakangan tak pernah dapat memejamkan matanya sejenak untuk terlelap dalam tidur. Bahkan, andaikata matanya dapat terpejam dua jam saja, ia akan merasa amat bersyukur. Duka bercampur rasa kehilangan begitu memenuhinya hatinya. Namun ia tak lupa, mengirimkan doa dan tahlil mengiringi kepergian putra keduanya itu, bersama dengan para tetangga, rekan, handai taulan dan segenap orang lainnya. Sebuah perumpamaan yang diungkapkan seorang ulama yang dihadirkan dalam pengajian, sedikit membantunya tetap tegar dan mengubur emosi yang membuncah kepada para pelaku,

“Kata pak ustad, kematian seseorang ibarat buah di atas pohon. Kalau buahnya baik, tentu akan cepat diambil orang, kalau buah buruk itu tidak ada yang tertarik untuk mengambil, bahkan nanti jatuh sendiri,” kata dia, yang mengaku tak mendapat firasat apapun menjelang kepergian Ilham. Putra yang selalu dipanggilnya dengan sebutan ‘dik’, kendati telah memiliki dua orang adik itu.

Kini Tedy merasa ada yang tak lengkap di dalam rumah yang banyak ditanami pepohonan hijau itu. Ilham, adalah salah satu anak yang kerap ia peluk dan cium, sebelum berangkat sekolah. Lelaki 48 tahun ini masih ingat betul, bahwa anak kedua dari empat bersaudara itu adalah anak yang tidak pernah mau mandi di kamar mandi yang ada di kamarnya, bila bersiap berangkat sekolah. Ilham selalu memilih kamar mandi lain.

Si pendiam yang sangat suka ayam goreng itu kini menjalani kedamaian di alam yang tak lagi mampu Tedy jamah. Satu kado ulang tahun yang masih belum sempat diwujudkan untuk mendiang, yakni Surat Izin Mengemudi. Itulah kado satu-satunya yang diminta mendiang, untuk mensyukuri pertambahan umurnya, di usia 17 tahun kelak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya