SOLOPOS.COM - Mediani Dyah Natalia (JIBI/Harian Jogja)

Harianjogja.com, JOGJA-Sosiolog Kriminalitas Universitas Gadjah Mada (UGM) Suprapto menjelaskan banyaknya kasus kekerasan terhadap anak yang muncul disebabkan mulai terbukanya keberanian masyarakat untuk melapor. Perkembangan teknologi informasi (IT) juga jadi faktor penentu.

“Sekarang, masyarakat sudah mulai berani membuka diri dan tak menganggap persoalan itu adalah hal tabu

Promosi Komeng The Phenomenon, Diserbu Jutaan Pemilih Anomali

seperti saat dulu. Itulah yang menyebabkan kasus itu mulai menyeruak di permukaan,” jelasnya ketika ditanya perihal kekerasan terhadap anak yang kini marak terjadi di DIY.

Prapto mengatakan rata-rata kasus pencabulan yang melibatkan anak, terjadi di usia 7-14 tahun. Pada masa ini, keingintahuan anak sudah mulai terbentuk.

“Apalagi dengan kian derasnya arus teknologi dan informasi yang bisa dengan mudah mereka serap. Tontonan yang melibatkan hasrat libidinal yang mereka serap, kian cepat pula perkembangan hasrat biologis dan hormonal,” imbuhnya.

Namun, ia menegaskan sebagai manusia, anak juga memiliki kemampuan kendali norma dan nilai. Kendali inilah yang seharusnya menjadi titik fokus perhatian dari lingkungan yang ada di sekitar mereka. Oleh karena itulah, peran lingkungan sosial, utamanya orang tua menjadi faktor yang sangat penting untuk membentuk pola dan perilaku anak.

Mengenai dampak, Prapto menilai kasus pencabulan yang terjadi bukan atas dasar “suka sama suka dapat menjadi trauma dan mempengaruhi masa depan anak yang menjadi korban.

“Saya pernah menangani anak yang trauma dengan orang berbaju hitam, ternyata itu karena orang yang melakukan tindak pencabulan kepada dirinya dulu mengenakan kaus hitam,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya