SOLOPOS.COM - Ilustrasi droping air bersih (Desi Suryanto/JIBI/Harian Jogja)

Kekeringan Bantul diatasi dengan penyediaan air bersih

Harianjogja.com, BANTUL — Sebanyak 20.000 liter air atau empat tangki dari Dinas Sosial DIY, dipasok ke Dusun Dengkeng dan Karangasem, Wukirsari, Imogiri. Penyebabnya, sejak dua minggu yang lalu pompa air yang selama ini digunakan untuk mengalirkan air dari mata air setempat rusak. Padahal selama ini, dua dusun yang berada di kawasan rawan kekeringan tersebut mengandalkan mata air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Promosi Antara Tragedi Kanjuruhan dan Hillsborough: Indonesia Susah Belajar

Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Bantul, Suharno mengatakan ada tiga RT yang dipasok air, satu RT di Dusun Dengkeng dan dua lainnya di Dusun Karangasem. Dropping baru dilaksanakan satu kali dan terpaksa dilakukan karena untuk memperbaiki pompa air yang rusak dibutuhkan dana sekitar Rp90 juta. Padahal masyarakat setempat membutuhkan air untuk mandi, mencuci dan memasak dengan segera.

“Jadi penyebabnya tidak murni karena kekeringan tapi permasalahan alat yang rusak, distribusi air jadi susah,” ucapnya pada Rabu (26/7/2017). Maka menurutnya kini pihak BPBD dan Pemdes setempat berusaha memodifikasi perbaikan alat agar dapat menekan anggaran yang harus dikeluarkan.

Pelaksana Harian Kepala BPBD Bantul, Dwi Daryanto menambahkan hingga kini memang belum ada aduan ataupun permintaan dari masyarakat yang murni disebabkan oleh kekeringan. Ia menganggap hingga akhir Juli ini pasokan air di wilayah Bantul masih cukup. Apalagi pada musim kemarau basah ini, sesekali hujan masih turun. “Kami prediksi Agustus September baru ada permintaan dropping,” katanya.

Dibandingkan dengan Gunungkidul yang telah melakukan dropping air sejak beberapa waktu yang lalu, Dwi mengatakan wilayah Bantul memiliki karakteristik yang berbeda. Di sini air hanya dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sehari-hari, sedangkan Gunungkidul kebutuhan air lebih banyak karena juga digunakan untuk mengurus ternak. Namun menurut Dwi, pada prinsipnya BPBD telah siap jika masyarakat membutuhkan dropping. Tahun ini pihaknya telah menyiapkan anggaran sebesar Rp40 juta untuk 300 tangki air. Selain itu, pihak Dinsos DIY juga memberi jatah 150 tangki untuk Bantul.

Namun seperti yang diberitakan sebelumnya, cakupan rawan kekeringan pada 2017 telah berkurang dari 8.250 jiwa menjadi hanya 7.135 jiwa. Berkurangnya cakupan area yang rawan kekeringan, menurut Dwi disebabkan oleh dua hal. Pertama, banyak warga memanfaatkan aliran PDAM yang telah berhasil masuk ke dusun-dusun. “Tapi belum semua tercover oleh PDAM karena karena topografi Bantul yang berbukit-bukit dan jaraknya yang cukup jauh,” ujarnya.

Kedua, adanya program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) dinilai Dwi juga berkontribusi dalam pengurangan dampak kekeringan. Meskipun jumlahnya tidak signifikan, menurutnya hal tersebut wajar karena program ini dilaksanakan secara bertahap.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya