SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/Reuters)

Kekeringan Bantul membuat ribuan pelanggan PDAM terancam krisis air

Harianjogja.com, BANTUL- Suplai air untuk ribuan pelanggan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Dharma di Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul terancam terganggu akibat kemarau.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Kepala PDAM Tirta Dharma Bantul Yudi Indarto menyatakan, potensi gangguan suplai air itu dikarenakan, pasokan air di wilayah Dlingo sebagian bersumber dari mata air. Padahal saat musim kemarau, mata air mulai menyusut. “Saat ini saja debit airnya berkurang hingga 30%,” kata Yudi Indarto, Senin (10/8/2015).

Selama ini kata Yudi, mata air menjadi salah satu sumber air yang dimanfaatkan PDAM selain sungai dan sumur dalam. Seluruh air dari berbagai sumber itu campur menjadi satu lalu dialirkan ke rumah-rumah pelanggan. “Memang air dari sungai masih ada, tapi kalau dari mata air berkurang, otomatis bisa mengurangi pasokan,” ujarnya.

Di Dlingo, terdapat sebanyak 3.000 pelanggan PDAM. Untuk mencegah terganggunya aliran air ke ribuan pelanggan akibat kemarau, PDAM saat ini bekerja keras menaikan jam produksi air dari semula hanya 20 jam menjadi 24 jam.

“Ini supaya pasokannya ada terus dan dapat dialirkan ke pelanggan yang mengalami gangguan,” paparnya.

Namun bila cara itu tidak mampu mengatasi krisis air, PDAM akan menerapkan sistem bergilir dalam mendistribusikan air bersih ke pelanggan. Apabila cara itu juga tidak mampu menanggulangi krisis air, langkah terakhir, terpaksa melakukan droping air ke lokasi kekeringan.

PDAM memiliki empat mobil tangki yang disiapkan untuk droping air secara gratis ke pelanggan yang aliran airnya macet. Kendati demikian untuk saat ini ia mengklaim, belum terjadi gangguan air ke pelanggan di Dlingo akibat kemarau. Pihaknya belum dapat memprediksi kapan aliran air terganggu, kendati musim kemarau akan berlangsung hingga November mendatang.

Sejatinya lanjut Yudi, PDAM juga melayani penyaluran bantuan air ke lokasi kekeringan sesuai permintaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul.

Bantuan air tersebut diberikan secara gratis ke korban kekeringan kendati bukan pelanggan PDAM. Perusahaan menjual air ke BPBD seharga Rp225.000 per tangki berkapasitas 5.000 liter untuk jarak tempuh pengiriman air sekitar 20 kilometer.

“Harga air dari PDAM yang kami jual ke pemerintah memang lebih mahal dari harga pasaran. Karena air dari PDAM melalui proses kimiawi untuk memastikan kualitas air terjamin,” jelasnya.

Kendati demikian kata dia, PDAM akan lebih memprioritaskan droping air ke pelanggan bila terjadi kekeringan. Droping air merupakan tanggung jawab dan bagian pelayanan PDAM ke masyarakat yang selama ini berlangganan air. “Kalau pelanggan yang mengalami kekeringan kami akan cepat bergerak, tinggal beri tahu saja lokasinya kami akan kirim air ke sana, gratis,” imbuhnya.

Terpisah, Kepala Desa Srimartani, Piyungan Bantul Mulyana mengatakan, di wilayahnya sejumlah dusun belum dapat mengakses air PDAM lantaran berada di wilayah perbukitan. Kemarau panjang tahun ini dipastikan bakal menyebabkan warga kesulitan mendapatkan air bersih.

“Ada tiga desa yang belum disuplai air PDAM yaitu Kemloko, Rejosari dan Umbulsari. Jaringan air belum sampai ke sana,” ungkap Mulyana.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya