Jogja
Rabu, 2 Agustus 2023 - 16:55 WIB

Kekeringan di Gunungkidul Meluas, Tapi Anggaran Dropping Air Bersih Dipangkas

David Kurniawan  /  Abdul Jalil  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi kekeringan (freepik)

Solopos.com, GUNUNGKIDUL — Musim kemarau di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, diprediksi terjadi hingga September 2023. Sedangkan dampak kekeringan pada musim kemarau ini diperkirakan akan semakin meluas.

Meski demikian, ternyata anggaran untuk dropping air bersih selama musim kemarau tahun ini dipangkas cukup besar.

Advertisement

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul, Purwono, mengatakan anggaran dropping air bersih di tahun ini banyak mengalami pemangkasan. Total alokasi anggaran yang disediakan hanya Rp230 juta. Jumlah tersebut lebih sedikit dibandingkan anggaran pada 2022 senilai Rp700 juta.

Meski nominalnya lebih kecil, Purwono akan melaksanakan penyaluran dengan efektif. Mengingat dropping hanya bersifat sementara untuk mengatasi krisis air bersih di masyarakat, pemkab sudah menyiapkan kegiatan optimalisasi sumber air sehingga jangkauan layanan air melalui PDAM bisa terus ditambah.

Advertisement

Meski nominalnya lebih kecil, Purwono akan melaksanakan penyaluran dengan efektif. Mengingat dropping hanya bersifat sementara untuk mengatasi krisis air bersih di masyarakat, pemkab sudah menyiapkan kegiatan optimalisasi sumber air sehingga jangkauan layanan air melalui PDAM bisa terus ditambah.

“Untuk dropping BPBD juga tidak sendiri karena ada 11 kapanewon yang memiliki dana dropping sendiri. Selain itu, ada bantuan dari pihak swasta,” katanya, Rabu (2/8/2023).

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Gunungkidul, Sumadi, menyampaikan hingga saat ini kekeringan di Gunungkidul masih berstatus normal. Namun, sesuai dengan prakiraan dari BMKG, puncak musim kemarau terjadi mulai Agustus hingga September 2023.

Advertisement

“Penetapan status darurat masih dalam proses,” kata Sumadi.

Untuk mengantisipasi kekeringan di tahun ini, kata dia, pihaknya telah menyiapkan 1.000 tangki air bersih yang siap disalurkan ke warga yang membutuhkan. Namun, dengan prediksi wilayah terdampak kekeringan semakin meluas di puncak kemarau, maka dibutuhkan antisipasi agar kebutuhan dropping air dapat tercukupi.

“Dengan ditetapkannya status darurat, maka bisa mengakses alokasi dana belanja tak terduga. Ini penting, untuk mengantisipasi habisnya anggaran droping di BPBD sehingga penyaluran air bersih ke warga tetap bisa berjalan,” ucapnya.

Advertisement

Meski demikian, Sumadi mengakui hingga sekarang stok untuk droping masih tersedia. Pasalnya, dari 1.000 tangki yang dialokasikan baru tersalurkan sebanyak 50 tangki.

Sebanyak delapan tangki di salurkan ke Kapanewon Gedangsari, Rongkop tangki dan Saptosari mendapat jatah terbanyak dengan 36 tangki. “Penyaluran baru ke tiga kapanewon. Sedangkan untuk yang lainnya belum mengajukan permintaan bantuan,” katanya.

Berita ini telah tayang di Harianjogja.com dengan judul Waspada Puncak Kemarau! Gunungkidul Segera Tetapkan Status Darurat Kekeringan

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif