Jogja
Rabu, 28 Oktober 2015 - 13:20 WIB

KEKERINGAN GUNUNGKIDUL : Terkendala Dana, Geomembram Belum Dapat Diterapkan Seutuhnya

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kondisi Telaga Jonge, Pacarejo, Semanu beberapa waktu lalu. Telaga ini merupakan salah satu telaga yang tak pernah mengering saat musim kemarau.(JIBI/Harian Jogja/David Kurniawan)

Kekeringan Gunungkidul di sejumlah telaga dapat diatasi dengan rekayasa teknologi.

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL-Kepala Bappeda Gunungkidul Syarief Armunanto mengakui, permasalahan mengeringnya 210 telaga di Gunungkidul sebenarnya dapat diatasi dengan teknologi pemasangan geomembran [pemasangan lapisan sejenis plastik di atas permukaan tanah). Hanya saja, untuk melaksanakannya metode ini terkendala anggaran karena membutukan biaya yang sangat besar.

Advertisement

“Penggunaan geomembran sudah terlihat di beberapa embung seperti Nglanggeran [Patuk], Sriten [Nglipar] dan Tambakromo [Ponjong]. Hasilnya pun sangat signifikan, air yang ada tak mengering saat kemarau,” urai dia, Selasa (27/10/2015).

Rencananya metode penggunaan geomembran diterapkan dalam pembuatan embung baru. Namun kepastian pembangunan embung sangat bergantung dengan kebijakan dari Pemerintah DIY.

“Tahun ini tidak ada pembangunan embung. Mungkin kelanjutan pembuatan embung seperti di Sriten dan Tambakromo [2014] akan dilakukan di tahun depan,” ungkap Syarief.

Advertisement

Upaya mengatasi kekeringan tidak hanya sebatas membangun embung sebagai daerah tangkapan air yang baru. Cara lain yang dilakukan dengan jalan melakukan reboisasi di sekitar embung.

Setiap tahunnya, Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan (Kapedal) Gunungkidul melakukan penanaman pohon sebanyak 1.500-2.000 pohon di sekitar embung atau telaga. Namun upaya ini tak dilakukan di tahun ini karena terkendala aturan dalam Undang-Undang No 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah.

“Kami tunggu kebijakan selanjutnya seperti apa? Jika mengacu pada aturan yang ada, maka program tersebut tidak bisa dijalankan,” kata Kepala Kapedal Gunungkidul Irawan Jatmiko.

Advertisement

Dia menjelaskan, upaya reboisasi dilakukan untuk menjaga volume air agar lebih lama bertahan. Langkah ini menjadi semakin penting karena sebagian besar telaga di Gunungkidul merupakan telaga tadah hujan. “Selain upaya penghijauan yang dilakukan pemkab, kami juga terus menyosialisasikan ke warga akan pentingnya kelestarian lingkungan di sekitar telaga,” tutur Irawan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif