SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Bisnis/Dok)

Kekeringan Sleman diprediksi dirasakan ribuan keluarga di Prambanan.

Harianjogja.com, SLEMAN-Dari tahun ke tahun, Kecamatan Prambanan masih bertahan sebagai daerah rawan kekeringan. Dari enam desa yang ada, hanya satu desa yang aman dari kekeringan yakni Desa Madurejo.

Promosi 204,8 Juta Suara Diperebutkan, Jawa adalah Kunci

Lima desa yang rawan kekeringan berada di areal perbukitan dan berada di luar jangkauan sistem distribusi air bersih. Sebaran daerah kekeringan berada di Dusun Dawung Desa Bokoharjo, Dusun Mlakan, Gunungcilik, dan Gedang Desa Sambiharjo, Dusun Umbulsari A dan Umbulsari B di Desa Sumberharjo, Dusun Klumprit 1 Desa Wukirharjo, dan Dusun Gayam, Kalinongko Lor, dan Rejosari di Desa Gayamharjo.

Dari beberapa sebaran dusun tersebut diperkirakan ada ribuan kepala keluarga (KK) terdampak. “Terdampak langsung kekeringan ada 2.218 KK [kepala keluarga],” kata Camat Prambanan, Abu Bakar, belum lama ini.

Ia mengungkapkan, warga terdampak tinggal di luar jaringan pipa. Baik pipa transmisi dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Sleman maupun distribusi Organisasi Pengelola dan Pemakai Air (OPPA) Prambanan. Menurut Abu, kalaupun masyarakat memiliki instalasi pipa air namun kondisinya belum memadai dan sangat terbatas.

Meski sudah dalam kondisi krisis air namun hingga kini belum ada permintaan droping air untuk wilayah-wilayah tersebut. Ada warga yang membeli air bersih dari pihak swasta. Seperti warga Dusun Gedang Sambiharjo dan Umbulharjo Sumberharjo.

Menurutnya, droping air baru akan dilakukan setelah ada pengajuan dari masyarakat.

“Jika ada masyarakat minta [droping] pada kami [kecamatan] akan kami teruskan ke BPBD [Badan Penanggulangan Bencana Daerah],” ujar Abu.

Ketua BPBD Sleman Juli Setiono Dwiwasito mengatakan pihaknya akan berkoordinasi dengan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Sleman dalam pelaksanaan droping air.

Direktur PDAM Sleman Dwi Nurwata mengaku siap jika ada permintaan droping air. Menurutnya, dari perkiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bahwa musim kemarau akan berlangsung lebih lama, hal tersebut tidak berpengaruh pada peningkatan droping air di Sleman.

“Tahun kemarin untuk menggerakkan pompa air masih pakai genset. Tahun ini sudah ganti listrik sehingga banyak rumah yang sudah teraliri [air] dan alirannya juga lancar. Dari situ seharusnya permintaan droping semakin turun,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya