SOLOPOS.COM - Ilustrasi kekeringan melanda Prambanan (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Kekeringan Sleman diperkirakan dapat kembali terjadi

Harianjogja.com, SLEMAN — Suhu maksimal mengawali kemarau saat ini masih dinilai normal. Puncak kemarau untuk wilayah DIY sendiri diprediksi terjadi pada Juli dan Agustus mendatang.

Promosi Banjir Kiper Asing Liga 1 Menjepit Potensi Lokal

Baca Juga : KEKERINGAN SLEMAN : BMKG Perkirakan Puncak Kemarau Juli-Agustus

Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman Heru Saptono mengatakan, Pemkab sudah mengantisipasi potensi kekeringan di Prambanan dengan mengoptimalkan keberadaan air sumber dalam.

“Warga tinggal memanfaatkan dam dan sumur-sumur dalam untuk memenuhi kebutuhan air bersih selama kemarau,” ujarnya kepada Harianjogja, Senin (23/5/2017).

Penggunaan pompa pada sumur-sumur dalam tersebut, lanjutnya, selama musim kemarau akan diintensifkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi warga. Sumur-sumur tersebut dikelola warga baik di Dusun Gedang, Kikis, Sawo, dan Sembir di Desa Sambirejo, Dusun Pereng (Sumberharjo), Dusun Jontro dan Jali  (Gayamharjo), serta Dusun Mlakan (Madurejo).

Dari hasil pendataan total warga yang terdampak langsung kekeringan sekitar 2.218 KK. Data tersebut berdasarkan sebaran pipa transmisi dan distribusi pipa sumur dalam. Selain kebutuhan air bersih rumah tangga, lanjutnya, Warga juga bisa memenuhi kebutuhan ternak. Hanya saja, kebutuhan air untuk ternak warga harus membelinya. “Semua dikelola oleh warga,” ujar Heru.

BPBD sendiri, lanjutnya, sudah memiliki peta rawan bencana kekeringan di Prambanan. Beberapa desa memiliko tingkat atau potensi rawan bencana kekeringan. Meliputi Kumplit (Wukirharjo), Gayam, Kalinongkolor, Rejosari (Gayamharjo), Mlakan, Gunungcilik, Gendang (Sambirejo) dan Dawung (Bokoharjo).

Sementara itu, Ketua Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB) Bandung Bondowoso Prambanan Prawoto Brewok mengatakan, pihaknya sudah memikiki peta wikalah rawan kekeringan. Beberapa titik awal wilayah potensi rawan kekeringan, lanjutnya, berada di Gedangbawah (Sambisari), Gayam dan Lemahabang (Gayamharjo), dan beberapa titik lainnya. “Antisipasi sudah dilakukan. Bersama Pemdes, kami mengoptimalkan saluran-saluran air yang sudah ada,”ujarnya.

Selain itu, lanjut Prawoto, dilakukan pengeboran titik sumber baru yang dilakukan oleh pihak swasta maupun pemerintah. Pihaknya juga melakukan antisipasi dengan menanam 1500 batang pohon di bukit Mintorogo, Gayamharjo. Jenis pohon yang ditanam, katanya, adalah tanaman buah seperti jambu merah, mangga dan nangka. Dia menjelaskan, penanaman pohon tersebut selain untuk konservasi juga untuk mendukung pengembangan wisata.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya