Jogja
Senin, 21 September 2015 - 19:20 WIB

KEKERINGAN SLEMAN : Warga Prambanan Rela Mengantre Air di Rembesan Pipa

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Seorang warga menunggu rembesan air dari saluran pipa yang ditampung dalam jeriken di Dusun Gedang, Sambirejo, Prambanan, Sleman, pekan lalu. (Harian Jogja/Sunartono)

Kekeringan Sleman membuat warga rela mengantre air di rembesan pipa

Harianjogja.com, SLEMAN – Warga Prambanan merasa mendapatkan berkah tersendiri dengan banyaknya titik kebocoran pipa saluran yang mengangkat air bersih dari dataran rendah ke atas perbukitan. Hilir mudik warga secara bergantian memanfaatkan rembesan pipa yang rusak.

Advertisement

Prambanan memiliki tiga sistem saluran air, sistem I dengan sumur di Dusun Bleber, Desa Sumberharjo, sistem II di Dusun Majasem, Desa Sambirejo dan sistem III di Dusun Ngeboran, Desa Sumberharjo.

Pada musim kemarau tahun ini warga memanfaatkan rembesan pipa ketiga saluran tersebut. Terutama warga yang belum terjangkau pipa seperti yang dialami Yudi, 45, warga Gedang, Sambirejo, Prambanan, Sleman.

Siang itu ia membawa dua jeriken ukuran 20 liter untuk diisi dengan rembesan pipa di yang kebetulan berlokasi di Dusun Gedang. Letak pipa itu berada di pinggiran jalan tepat di turunan tajam arah menuju Desa Wukirharjo.

Advertisement

Yudi mengatakan hampir tiap hari ia memanfaatkan rembesan pipa saluran air bersih. Jika tidak banyak pengantre maka dua jeriken yang dibawa harus menunggu sekitar 45 menit. Tetapi jika banyak yang mengantre maka bisa sekitar dua jam ia menunggu mendapatkan dua jeriken air. Karena rembesan itu kebetulan hanya ada di satu titik yang mengeluarkan.

“Lumayan biar lebih irit bisa membantu agar tidak membeli,” kata Yudi saat ditemui Harian Jogja, pekan lalu.

Hampir tiap jam rembesan air yang lokasinya diapit hutan perbukitan itu, kata dia, tak pernah sepi pencari air. Mereka ada yang datang memakai motor atau dengan dipikul. “Saya sudah membeli air dua tangki selama kemarau ini, kebetulan saluran air kalau kemarau kadang tidak lancar sampai ke rumah-rumah,” ujarnya.

Advertisement

Terpisah Mulyadi yang juga pemilik usaha distribusi air bersih dalam tangki mengakui belum ada penurunan permintaan air. Jika kondisinya masih belum menunjukkan tanda hujan, diprediksi permintaan akan naik di akhir September hingga awal Oktober mendatang. Tiap tangki ia menjual dengan harga Rp140.000.

“Permintaan jalan terus, dan malah terus bertambah karena kemarau tahun ini lebih panjang. Persediaan air warga yang membeli sudah banyak yang habis,” kata warga Serut, Madurejo, Prambanan ini.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif