SOLOPOS.COM - Panijem, penjual daging sapi di Pasar Beringharjo (Abdul Hamied Razak/JIBI/Harian Jogja).

Kelangkaan daging sapi bakal berdampak di DIY

Harianjogja.com, BANTUL– Krisis daging sapi di wilayah Jabodetabek dipastikan bakal berdampak ke DIY. Selain berpotensi memicu kenaikan harga daging sapi di tingkat lokal, pasokan daging sapi terancam menipis.

Promosi Piala Dunia 2026 dan Memori Indah Hindia Belanda

Ketua Paguyuban Pengusaha Daging Sapi Segoroyoso (PPDSS) Pleret, Bantul, Ilham Akhmadi menyatakan, sejak Juli tahun ini (memasuki kwartal ketiga) penjualan sapi dari DIY termasuk Bantul ke wilayah Jabodetabek terus meningkat. Seiring pengurangan kuota impor sapi oleh pemerintah dari 250.000 ekor menjadi 50.000 ekor.

DIY menjadi salah satu daerah penyuplai sapi ke Jabodetabek lantaran sapi impor tak mencukupi. Di Jabodetabek kebutuhan sapi permalam yang harus disembelih, kata Ilham, mencapai 2.000 ekor. Kondisi itu lama kelamaan mengancam pasokan sapi di daerah.

“Lama-lama kan habis sapi lokal di DIY, disuplai ke Jabodetabek terus. Peningkatan penjualan sapi ke sana sudah mulai terlihat,” ungkap Ilham Akhmadi, Senin (10/8/2015).

Padahal, stok sapi di DIY menurutnya belum tentu terjamin. PPDSS memang belum mendata berapa pasokan ternak di tingkat petani saat ini, namun jumlahnya dipastikan akan menipis bila terus menerus dijual ke luar daerah.

Di DIY kata Ilham, dalam semalam rata-rata diperlukan 70-100 ekor sapi untuk disembelih. Selama ini, pasokan sapi lokal dianggap mencukupi kebutuhan warga DIY alias tidak bergantung pada sapi impor.

Selain mengancam pasokan ternak dan daging sapi, krisis di tingkat nasional itu segera berimbas pada kenaikan harga daging di tingkat lokal. “Pasokan sapi terus dijual ke luar, permintaan banyak. Mau enggak mau harga ternak dan daging sapi di DIY juga akan naik,” lanjutnya.

Kendati demikian, paguyuban kata dia tidak akan memilih mogok berjualan seperti terjadi di Jawa Barat. Sebab untuk saat ini, harga jual daging sapi di Jogja relatif stabil, rata-rata Rp95.000-Rp100.000 per kilogram. Sementara di Jabodetabek mencapai hingga Rp130.000 per Kg.

Salah seorang pedagang daging sapi di Pasar Bantul Murjilah mengatakan, harga daging sapi seusai Lebaran cenderung turun dari Rp120.000 per Kg menjadi Rp100.000. Sedangkan volume penjualan masih stabil, yaitu rata-rata 1,5 kwintal per hari.

Namun ia membenarkan wacana kenaikan harga daging dalam waktu dekat. “Katanya dari penjual di tempat pemotongan hewan harga mau dinaikin, karena katanya harga sapi juga naik,” tutur Murjilah.

Sementara itu di pasar tradisional di Bantul tidak terjadi aksi mogok berjualan seperti di Jawa Barat. Menurut Murjilah, mogok berjualan justru merugikan pedagang daging.

“Kalau mogok justru rugi, mau dapat untung dari mana. Di Jawa Barat beda, pemotong hewan biasanya juga pedagang. Jadi terserah mau berjualan kapan. Tapi kalau di sini kan pedagang beda dengan penjagal. Kalau enggak jualan, sapi yang udah terlanjur dipotong mau diapakan,” ujarnya.

Sedangkan terkait aksi mogok di Jawa Barat menurutnya saat ini belum berdampak ke daerah. Sebab, di Bantul pasokan daging sapi tidak bergantung dari sapi luar daerah seperti Jawa Barat. Pasokan daging masih disuplai dari rumah pemotongan hewan di tingkat lokal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya