Jogja
Selasa, 4 Oktober 2016 - 11:20 WIB

KELANGKAAN GAS ELPIJI : Jual Gas 3 Kg di Atas HET, Ini Curhatan Pemilik Pangkalan

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Operasi pasar elpiji 3 kg di Balai Desa Ngringo, Karanganyar, Selasa (12/5/2015). (Reza Fitriyanto/JIBI/Solopos)

Kelangkaan gas elpiji Sleman menimbulkan kenaikan harga.

Harianjogja.com, SLEMAN — Sepekan terakhir, kelangkaan gas elpiji terjadi di sejumlah kecamatan di Sleman kesulitan mendapatkan gas isi 3kg. Selain banyak pengecer gas yang kehabisan stok, harganya pun mulai naik.

Advertisement

Dari pantauan Harianjogja.com, kelangkaan gas 3kg tidak hanya terjadi di Kalasan. Di wiayah Depok, Ngaglik dan Mlati juga terjadi hal yang sama. Warga dan pengecer mengaku kesulitan mendapatkan gas bersubsidi tersebut dalam sepekan terakhir.

Kenaikan harga gas elpiji 3kg tersebut diakui oleh salah seorang pemilik pangkalan di Sleman. Menurutnya, kenaikan harga di tingkat pengecer akibat pangkalan juga menaikkan harga. Dia mengaku menjual elpiji 3kg di atas harga eceran tertinggi (HET), Rp 15.500 pertabung.

“Saya jual Rp16.000. Itu sudah paling murah. Di pangkalan dijual antara Rp17.000 sampai Rp18.000. Padahal dari agen hanya Rp14.000 pertabung,” ujar orang yang enggan disebut namanya, Senin (3/10/2016)

Advertisement

Dia mengaku terpaksa mematok harga di atas HET karena mendapat tekanan dari pemilik pangkalan lain. Dia takut usahanya terancam jika harus menjual gas elpiji 3kg sesuai HET. Mau tidak mau, dia mengikuti aturan main di pasar.

“Saya sebenarnya dilema. Takut juga kena sanksi. Kalau ketahuan Hiswana (Himpunan Wiraswasta Minyak dan Gas Bumi) atau Pertamina. Nanti pangkalan saya bisa ditutup. Tapi mau bagaimana lagi,” ujarnya.

Menurut dia, Pertamina saat ini menerapkan sistem bayar cash di depan sebelum gas elpiji dikirim. Semenjak menggunakan sistem pembayaran tersebut, dia mengaku kekurangan stok.

Advertisement

“Sepekan saya dikirim dua kali, 40 tabung satu kali pengiriman. sampai sekarang tidak ada hambatan, cuma saat barang dikirim saat itu juga langsung habis. Jadi tidak ada stok,” katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Sumber Daya Air Energi dan Mineral (SDAEM) Sleman, Sapto Winarno mengaku sudah membuat kesepakatan dengan para pemilik pangkalan agar mematuhi aturan HET. Jika ada pangkalan yang melanggar ketentuan tersebut, pihaknya tidak segan untuk memberikan sanksi. “Kami tidak akan tinggal diam kalau ada pangkalan yang menjual elpiji di atas HET. Nanti akan kami tindak,” katanya.

Sapto mengatakan, kuota elpiji untuk wilayah Sleman sebanyak 34.934 tabung per hari. Sesuai ketentuan HET, pangkalan diharapkan melayani para konsumen. Bukan untuk dijual ke pengecer. Jika sudah sampai di pengecer dan harga elpiji jadi melambung, pihaknya tidak bisa berbuat apa-apa. Pasalnya, kewenangan Dinas SDAEM, Hiswana, dan Pertamina, hanya sampai pada tataran agen dan pangkalan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif