SOLOPOS.COM - Foto ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/Antarafoto)

Ratusan itik mati di Desa Srigading, Sanden tepatnya di wilayah Pantai Samas

Harianjogja.com, BANTUL –Ratusan itik mati di Desa Srigading, Sanden tepatnya di wilayah Pantai Samas. Dinas Pertanian Pangan Kelautan dan Perikanan (Diperpautkan) Bantul menduga matinya itik-itik tersebut disebabkan oleh virus Asian Influenza (AI) yang lebih dikenal sebagai flu burung atau virus Newcastle Disease (ND) yang lebih familiar sebagai Tetelo.

Promosi Enjoy the Game, Garuda! Australia Bisa Dilewati

Baca juga : Ratusan Itik di Samas Mati Mendadak

“Baru sebatas dugaan, kami belum bisa tentukan itu AI atau ND. Tapi pasti karena virus,” ujar Kepala Diperpautkan Bantul, Pulung Haryadi, Selasa (31/10/2017).

Menurutnya dugaan itu mencuat karena menilik jarak antara sakitnya itik di Samas hingga mati sangatlah singkat. Pulung menuturkan lima hari sebelum mendapat laporan dari salah seorang peternak, Sadino pihak Diperpautkan melalui Puskeswan sudah melakukan pemantauan kesehatan hewan di sekitar wilayah tersebut. Namun saat itu, petugas memeriksa kesehatan anjing. “Saat itu belum ada laporan itik mati,” imbuhnya.

Pulung menegaskan pihaknya kini sedang mendalami penyebab utama matinya ratusan itik tersebut. Pengambilan sampel darah dilakukan oleh Balai Besar Veteriner (BB Vet) pada Selasa ini. Sedangkan hasilnya akan dapat diketahui paling lambat dua hari ke depan atau Kamis (2/11/2017).

“Mereka yang berwenang untuk mendeteksi dan merekomendasikan apa sebenarnya penyakit yang menyerang itik tersebut,” katanya.

Benar saja, dari hasil pantauan Harianjogja.com, petugas dari BB Vet didampingi oleh Diperpautkan Bantul mengambil sampel di kandang ternak pada Selasa (31/10/2017) siang.

Lebih lanjut Pulung menjelaskan pihak Diperpautkan langsung turun tangan setelah mendapatkan laporan dari peternak. Pihaknya menerjunkan lima dokter untuk memeriksa langsung di lapangan dan melakukan penyemprotan kandang dengan disinfektan.

Selain itu, ia juga telah mengimbau pada para peternak untuk segera mengubur itik yang mati dan memisahkan itik yang sakit dari yang sehat agar tak tertular.

Salah seorang peternak, Tri Juwanto menduga matinya ratusan itik tersebut bermula karena cuaca. Kala itu, kotoran itik yang menumpuk di sekitar kandang terkena hujan deras sehingga menyebar. Kemudian setelah itu panas melanda cukup ekstrim dan berhari-hari.

Sehingga Tri menganggap, virus yang mungkin ada di kotoran itik tersebut kemudian menguap dan menyebar. “Kalau kami [peternak] menyebut itu flek,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya