Jogja
Senin, 5 Oktober 2015 - 20:20 WIB

KEMISKINAN BANTUL : Harga Produk Berbahan Impor Naik, Daya Beli Warga Turun

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Perajin tempe di Palur, Sukoharjo, Jumat (24/4/2015). (Sunaryo Haryo Bayu/JIBI/Solopos)

Kemiskinan Bantul diperkirakan meningkat seiring pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar

Harianjogja.com, BANTUL- Jumlah warga miskin di Kabupaten Bantul diprediksi meningkat akibat dampak pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar saat ini. Angka kemiskinan terbaru bakal diumumkan November mendatang.

Advertisement

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Bantul Sugeng Arianto menyatakan, ada sejumlah hal yang dapat memicu peningkatan angka kemiskinan di Bantul tahun ini, antara lain krisis ekonomi akibat pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar.

Pelemahan rupiah menurutnya dapat menurunkan daya beli masyarakat, lantaran naiknya harga sejumlah produk yang menggunakan bahan impor. “Misalnya yang terpengaruh dolar seperti produk makanan tempe, atau produk lain yang menggunakan bahan impor,” jelasnya pekan lalu.

Penurunan daya beli masyarakat juga dapat disebabkan banyaknya masyarakat yang kehilangan pekerjaannya akibat krisis ekonomi. “Misalnya industri, karena krisis ekonomi produknya tidak laku di pasaran dunia [akhirnya berdampak pada pemutusan hubungan kerja],” ujarnya lagi.

Advertisement

Menurut Sugeng, ada dua hal yang menyebabkan kenaikan angka kemiskinan. Selain penurunan daya beli, faktor berikutnya adalah garis kemiskinan. Faktor terakhir misalnya disebabkan oleh inflasi akibat kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).

“Kalau kenaikan BBM biasanya paling cepat menyebabkan angka kemiskinan bertambah karena berpengaruh pada hampir semua harga barang. Kalau pelemahan rupiah terhadap dolar biasanya hanya berpengaruh ke produk tertentu saja,” terangnya lagi.

Perkiraan naiknya angka kemiskinan versi BPS juga dikarenakan saat ini secara keseluruhan untuk wilayah DIY terjadi kenaikan jumlah warga miskin. BPS DIY baru saja merilis kenaikan jumlah warga miskin hingga lebih dari 5.000 jiwa saat ini.

Advertisement

“Hanya saja untuk rincian tiap kabupaten belum dapat diumumkan karena masih dihitung. Logikanya kalau angka DIY naik, bisa sangat mungkin Bantul juga naik. Atau bisa juga turun, tapi daerah lain naik tinggi,” lanjutnya.

Angka kemiskinan Kabupaten Bantul versi terbaru rencananya baru dapat diketahui pada November mendatang. Sedangkan angka kemiskinan yang terakhir dipublikasikan BPS yaitu pada 2014 sebanyak 156.000 lebih jiwa. Angka tersebut merupakan survei 2013 dan diumumkan pada 2014.

Terpisah, Kepala Seksi Hubungan Industrial dan Syarat Kerja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Bantul And Nursina Karti menyatakan, hingga saat ini terdata 130-an orang pekerja yang telah terdampak pelemahan nilai tukar rupiah.

Sebagian telah diberhentikan, sebagian lainnya dirumahkan akibat perusahaan tempat mereka bekerja terus merugi akibat pelemahan nilai tukar rupiah. “Saya yakin jumlahnya bertambah, karena kabarnya ada perusahaan lagi yang memberhentikan pekerjanya,” terang And Nursina Karti.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif