SOLOPOS.COM - Suasana Terminal Dhaksinarga jelang lebaran 2014. Dishubkominfo Gunungkidul membuat kebijakan untuk mewajibkan tiap bus AKAP masuk ke terminal, Selasa (22/7/2014). (David Kurniawan/JIBI/Harian Jogja).

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL- Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Kabupaten Gunungkidul akan mengundang Organisasi Angkutan Darat (Organda) untuk membahas kenaikan tarif baru angkutan umum.

Kepala Dishubkominfo Gunungkidul, Purnama Jaya mengatakan pihaknya masih akan membicarakan dengan Organda sebab kenaikan tarif tidak hanya bahan bakar minyak (BBM). Namun juga ada komponen lain
seperti suku cadang dan lainnya.

Promosi Bukan Mission Impossible, Garuda!

“Kaitannya dengan tarif baru, dalam waktu dekat kami akan mengundang Organda untuk membicarakan sejumlah hal pascakenaikan
BBM,” katanya.

Ia mengatakan meski ada imbauan mogok nasional, pada Rabu (19/11/2014), angkutan kota dan angkutan perdesaan di Gunungkidul masih beroperasi seperti biasa, namun sudah menaikkan tarif.

“Memang ada sebagian mogok tetapi untuk penumpang semuanya bisa teratasi,” katanya.

Ketua Organda Gunungkidul Henry Ardiyanto berharap pemerintah segera membahas mengenai tarif baru. Sehingga ada payung
hukum untuk menaikkan tarif. “Jangan terlalu lama kasihan pengusaha transportasi,” kata Henry.

Ia mengatakan informasi kenaikan tarif angkot sebesar 10 persen belum cukup. Kenaikan tarif sebesar itu tidak sebanding dengan
kenaikan harga BBM.

“Kalau kenaikan seperti yang diinformasikan pusat sebesar 10 persen menurut saya belum cukup,” katanya.

Sementara itu, salah seorang sopir angkot jurusan Siyono-Wonosari Paimo mengatakan dirinya memilih untuk tetap beroprasi seperti biasa karena menurutnya tidak ada keuntungan untuk berhenti beroprasi.

“BBM naik itu memang berat, tetapi kalau tidak beroperasi malah tambah rugi,” katanya.

Dia berharap pemerintah mencari solusi pascakenaikan harga BBM. Kenaikan tersebut menyebabkan masyarakat yang berpenghasilan kecil seperti dirinya mengalami keguncangan ekonomi, Salah satu solusinya ialah menertibkan angkudes yang mencari penumpang dijalur angkot.

“Sejak 2011, kami mengeluh namun hingga sekarang masih saja ada angkudes cari penumpang jalur kota,” katanya.

Salah seorang sopir angkot jurusan Gading-Wonosari Joni mengaku sudah menaikkan tarif Rp1000 setelah kenaikan harga BBM.
Sebelum BBM naik, tarif umum Rp4.000 dan pelajar Rp2.000.

“Berat sebenarnya, tetapi mau bagaimana lagi harga BBM sudah naik,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya