Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL – Konsumsi Pertamax di Gunungkidul mengalami peningkatan pasca naiknya harga Bahan Bakar Minyak bersubsidi.
Perbedaan harga yang tak lagi mencolok diduga menjadi salah satu penyebab warga beralih menggunakan BBM non subsidi.
Promosi Timnas Garuda Luar Biasa! Tunggu Kami di Piala Asia 2027
Pasca pemerintah menaikan harga jual BBM Bersubsidi, selisih harga premium dengan pertamax dikisaran Rp2.000 per liter. Pertamax saat ini dipasarkan Rp10.600 per liter, sedangkan premium dijual Rp8.500 per liter.
Peningkatan konsumsi pertamax dapat dilihat di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum di Dusun Tegalsari, Siraman, Wonosari.
Dalam sehari, di tempat itu bisa menjual 1.000 liter pertamax. Sementara, sebelum ada kenaikan harga BBM bersubsidi, paling banyak hanya mampu menjual 500 liter pertamax.
“Kalau dilihat dari sisi penjualan, kami bisa menjual pertamax dua kali lipat dengan sebelum harga premium naik. Di samping itu, harga jual pertamax yang turun Rp200 per liter juga ikut berpengaruh,” kata Antok, pengawas lapangan di SPBU Siraman saat ditemui wartawan, Rabu (3/12/2014).
Dia mengatakan, pengguna pertamax didominasi oleh kendaraan roda empat. Namun, untuk kendaraan roda dua juga semakin banyak yang menggunakan BBM non subsidi itu.
“Kenaikan konsumsi ini berdampak pada konsumsi BBM jenis premium. Biasanya, dalam sehari kami bisa menjual 32.000 liter, tapi akhir-akhir ini hanya menjual 24.000 liter premium,” ungkap dia.