Jogja
Rabu, 21 Maret 2018 - 19:55 WIB

Kepala Lapas Cebongan Diganti

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pisah sambut di Lapas Cebongan, Kecamatan Mlati, Rabu (21/3/2018). (JIBI/Irwan A. Syambudi)

Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II B Sleman atau Lapas Cebongan diganti.

Harianjogja.com, SLEMAN—Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II B Sleman atau Lapas Cebongan diganti. Setelah sebelumnya kepala Lapas Cebongan dijabat Turyanto, kini telah resmi diganti oleh Gunarto yang sebelumnya bertugas di Aceh.

Advertisement

Pergantian Kepala Lapas Cebongan merupakan bagian dari pergeseran berkala yang dilakukan oleh Kementerian Humkum dan Ham (Kemenkumham).

Kepala Kantor Wilayah Kemenkumham DIY, Gunarso mengatakan dengan adanya pergantian Kepala Lapas ini diharapkan dapat semakin membawa dampak yang baik terhadap Lapas.

“Harapannya dengan kepemimpinan yang baru Lapas Sleman dapat lebih bagus. Paling tidak ya sama dengan yang sebelumnya. Selain itu tentunya saya berharap Lapas selalu aman tertib dan terkendali,” kata dia, saat mengahadiri acara pisah sambut di Lapas Cebongan, Kecamatan Mlati, Rabu (21/3/2018).

Advertisement

Kepala Lapas Cebongan yang baru, Gunarto mengatakan akan berusaha beradaptasi, terbuka dalam menerima kritis dan saran. Selain itu dirinya akan melanjutkan sejumlah program yang sebelumnya telah dijalankan oleh Kepala Lapas terdahulu.

Gunarto yang telah lama bertugas di Aceh, mengakui bahawa Aceh dan DIY memiliki karakter yang berbeda. Selain jumlah narapidana yang lebih banyak, di Aceh juga mayoritas narapidana merupakan bekas anggota Gerakan Aceh Merdeka (GAM)

“Perbedaan karakter, memang berbeda di Aceh seperti terakhir saya di Rutan Sigli itu [isinya] mantan-mantan GAM semua jadi cara memimpinnya berbeda. Kalau di Aceh pendekatannya lebih banyak ke Islaminya,” kata pria kelahiran Purworejo, Jawa Tengah ini.

Advertisement

Sementara itu, Turyanto yang akan bertugas di Klaten menjelaskan, salah satu program unggulan di Lapas Cebongan adalah Kampung Asilimasi. Program tersebut pun diharapkan menjadi embrio lahirnya Lapas terbuka dan dapat lebih berkembang meskipun dia tidak lagi bertugas di Lapas Cebongan.

Di dalam Kampung Asimilasi itu para narapidana melakukan kegiatan pertanian, perikanan dan lain-lain. Nantinya narapidana juga dapat gaji, sehingga selain dapat disetor ke kas negara juga setiap narapidana dapat menabung dari penghasilan mereka.

Lanjutnya lagi saat ini, terdapat tiga hingga empat narapidana yang menghuni kampung asimilasi. “Tidak semuanya narapidana kami proses. Kampung asilimasi kami programkan bagi narapidana yang sudah memenuhi syarat setengah masa penahanan baru bisa dipekerjakan di situ [Kampung Asimilasi],” ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif