SOLOPOS.COM - Ilustrasi Benih bening lobster. (ANTARA/HO-KKP.)

Solopos.com, GUNUNGKIDUL — Harga jual yang mahal membuat nelayan kini memilih melakukan aktivitas penangkapan benur atau bayi bening lobster (BBL) di perairan pesisir Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Bukan hanya dilakukan nelayan dari luar darah, tetapi nelayan lokal kini juga melakukan penangkapan benur.

Aksi penangkapan benur ini dilakukan nelayan karena melihat keuntungan yang didapatkan. Sebab, sekali menangkap benur, nelayan bisa memperoleh hasil hingga puluhan juta rupiah.

Promosi Era Emas SEA Games 1991 dan Cerita Fachri Kabur dari Timnas

Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Gunungkidul, Rujimanto, membenarkan adanya akivitas penangkapan benur di perairan Gunungkidul. Dia tidak menampik pada awalnya nelayan menolak menangkap, tapi dikarenakan adanya penangkapan dari nelayan luar daerah, maka keputusan melarang dibatalkan.

“Jadi nelayaan Gunungkidul ikutan menangkap benur. Salah satu pertimbangannya agar ikut mendapatkan hasil sehingga tidak hanya dinikmati orang luar daerah,” kata Rujimanto saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon, Kamis (18/5/2023).

Menurut dia, penangkapan bayi lobster ini dinilai lebih prospektif ketimbang menangkap ikan. Hal tersebut terlihat dari keuntungan yang diperoleh karena harga jual lebih mahal karena bisa dihargai Rp9.000-10.000 per ekornya.

“Terkadang bisa lebih karena harga juga sangat berpengaruh dengan kurs dollar. Kalau dollar naik, maka harga benur juga ikutan naik. Yang ditangkap lobster jenis pasir dan mutiara,” katanya.

Rujimanto menambahkan, banyak nelayan Gunungkidul yang melakukan aktivitas penangkapan benur. Adapun hasilnya juga bagus karena bila beruntung sekali menangkap bisa memeroleh pendapatan Rp20 juta-Rp30 juta.

“Pernah ada yang mendapat Rp30 juta sekali menangkap. Tapi, ada juga yang kurang beruntung sehingga hasilnya cuman sedikit,” katanya.

Disinggung mengenai penangkapan, ia mengakui caranya sangat ramah lingkungan. Penangkapan menggunakan media karung goni. Untuk menarik benur dibantu dengan bantuan sorotan lampu yang diarahkan ke laut.

“Penangkapan dilakukan saat malam hari. Satu perahu biasanya diisi dua orang untuk menangkap benur,” katanya.

Berita ini telah tayang di Harianjogja.com dengan judul Sempat Dilarang, Kini Penangkapan Benur di Gunungkidul Makin Marak

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya