Jogja
Kamis, 12 Juli 2012 - 12:44 WIB

KERACUNAN KECAP: Keluarga Pasrah, Polisi Selidiki Dugaan Kecap Kedaluwarsa

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (styagreennotes.com)

Ilustrasi (styagreennotes.com)

BANTUL – Terkulai di ranjang bangsal Al A’raaf RS PKU Bantul, Kamis (12/7/2012), Sri Rejeki, 40, warga Dusun Klepakan, Gilangharjo, Pandak belum bisa memejamkan mata. Begitu pula dengan anak pertamanya, Naikah Budi Utami, 19, yang tergolek di ranjang sebelahnya.
Advertisement

Adapun anak keduanya, Ana Dwi Sundari, 8, dirawat di bangsal anak RS PKU Bantul. Meninggalnya Tumiyem, 60, masih menyisakan duka mendalam yang tergambarkan dari raut muka serta tutur kata Sri Rejeki. “Tiba-tiba saja Simbok (ibu) yang memutuskan untuk belanja. Padahal, biasanya saya [yang belanja],” kata ibu dua anak itu. Setelah diopname di RS Panembahan Senopati (RSPS) Bantul sejak Selasa (10/7) malam, Tumiyem akhirnya meninggal pada Rabu (11/7/2012) malam.

Dugaan sementara, nenek dua cucu itu meninggal karena keracunan semur telur puyuh yang dimasaknya pada Senin (9/7) sore. Setelah menyantap masakan yang disiapkan untuk nyadran pada Selasa (10/7/2012), Tumiyem dan Sri serta dua anaknya mendadak muntah dan berak.

Saat dibawa ke RS PKU Bantul, Senin malam, Tumiyem enggan diopname. Pada Selasa (10/7/2012) pagi, pedagang kecambah itu masih berjualan di Pasar Jodog, Pandak. Namun siangnya, ia dilarikan ke Puskesmas Bantul dan dirujuk ke RSPS Bantul. Setelah Tumiyem meninggal, Sri dan dua anaknya baru bersedia diopname di RS PKU Bantul pada Rabu (11/7/2012) sekitar pukul 20.30 WIB. Warga sekitar menduga keempatnya keracunan. Sebab, dua anggota keluarga lain yang tidak menyantap masakan itu tetap sehat.

Advertisement

“Saya dan ayah mertua [Sutar] belum sempat makan. Setelah pada mengeluh sakit, malam itu masakannya saya buang,” kenang Santoso, suami Sri. Ia menduga, penyebab keracunan itu adalah kecap yang dibeli Tumiyem di Pasar Jodog pada Senin siang. Pasalnya, label pada botol kecap ukuran kecil itu sebagian terkelupas. Sehingga, tidak diketahui apakah kecap itu sudah kadaluarsa. “Kalau telur puyuhnya jelas masih segar. Sri sudah satu tahun berdagang telur puyuh, tidak pernah bermasalah,” tandas Santoso.

Meski demikian, Santoso dan keluarga tidak berniat menuntut penjual kecap itu. Adik Tumiyem, Tujilah menambahkan, sebelum meninggal, kakaknya bilang si pedagang sudah meyakinkan kecap itu masih bagus meski labelnya sobek. “Kami terima saja sebagai musibah,” ujar Mujilah.

Terpisah, Kapolsek Pandak AKP Sutiyono telah menyita botol kecap yang diduga kadaluarsa itu. “Untuk membuktikannya butuh uji laboratorium,” jelasnya. Selain itu, Kapolsek beserta jajaran Muspika Pandak telah menggelar sidak di pasar Jodog. Hanya saja, tidak satupun pedagang mengaku menjual kecap kadaluarsa kepada Tumiyem. “Keterangan dari RSPS Bantul, Tumiyem meninggal karena diare. Belum mengarah pada keracunan,” urai Kapolsek.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif